ChanelMuslim.com – Penyebaran virus corona kian meluas di pelbagai penjuru dunia. Berawal dari Wuhan, China mengikuti kemudian kasus-kasus di negara lain seperti Thailand, Amerika, Malaysia dan, Singapura.
Komisi Kesehatan Nasional China bahkan memperingatkan pembawa virus bisa menularkan ke orang lain meski belum menunjukkan gejala infeksi.
"Penularan menunjukkan tanda-tanda peningkatan dan 'sumber infeksi berjalan' [di mana pasien menunjukkan gejala penyakit] telah membuatnya sulit dikendalikan dan menimbulkan penyakit," kata Menteri Ma Xiaowei dalam konferensi pers di Beijing dikutip dari The Telegraph.
Kendati demikian, hingga kini otoritas China belum bisa mengonfirmasi sumber infeksi. Selain itu, belum ada pula kejelasan soal risiko mutasi virus dan bagaimana penyebarannya.
Pengumuman mengenai penyebaran masif virus corona tersebut menyusul analisis genetik yang diterbitkan The Lancet. Riset jurnal internasional ini menyebut corona jenis terbaru bisa menular meski pembawa virus belum menampakkan gejala atau, virus masih dalam masa inkubasi.
Kondisi tersebut pun tak ayal membuat pencegahan penyebaran virus corona menjadi kian menantang.
Ini pula yang membedakan virus corona (2019-nCoV) dengan SARS, meski keduanya memiliki patogen yang sama. Pada 2002-2003 silam, SARS melanda seluruh Asia dan menewaskan sekitar 800 orang.
Pernyataan mengenai penyebaran virus korona itu turut dibenarkan Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio. Menurut dia, penularan berpotensi terjadi sekalipun virus corona masih dalam masa inkubasi–di mana boleh jadi gejala infeksi kadang belum terlihat.
"Dalam masa inkubasi, seseorang yang tertular sudah dapat menularkan kepada orang lain," jelas Amin saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (28/1). Sementara dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, masa inkubasi virus hingga timbul penyakit diperkirakan terjadi sekitar 18 hari.
Amin mengungkapkan hingga kini belum ada antivirus spesifik untuk mengatasi 2019-nCov. Namun kata dia, pelbagai pihak memang lazim melakukan uji coba.
"Seperti biasa, orang mencoba antivirus yang ada. [Tapi] Belum ada uji klinis spesifik," sambung Amin lagi.[ah/cnnindonesia