Chanelmuslim.com- Kalau saja bukan karena kasus pembunuhan, masyarakat mungkin tak pernah tahu ada apa di balik Padepokan Dimas Kanjeng, Jawa Timur. Kok bisa, ribuan orang, dari petani, pengusaha, aparat keamanan, hingga cendekiawan dan para petinggi negeri ini terlibat dengan tokoh yang disinyalir tak bisa membaca Alquran ini.
Tidak heran jika Ketua Majelis Ulama Indonesia, Prof. Dr. Din Syamsuddin saat mengikuti acara Tahun Baru Islam kepada wartawan mengungkapkan kekhawatirannya. Bahwa, umat Islam telah terperangkap dengan keadaan yang melemahkan akidah Islam.
Dalam sebuah diskusi di media televisi, Dr. Mahfud MD juga mengungkapkan kekhawatiran yang sama. Bahkan, ia menyampaikan kerisauannya terhadap teman sejawatnya di cendekiawan muslim, Dr. Marwah Daud Ibrahim.
Pada tahun 2014, Mahfud MD pernah diajak berkunjung ke Padepokan Dimas Kanjeng di Ponorogo Jawa Timur. Menurut Marwah seperti diucapkan Mahfud MD, Dimas Kanjeng ini santrinya ribuan yang berasal dari seluruh Indonesia, dari ekonomi bawah hingga pejabat tinggi negeri ini.
Namun, Mahfud MD ragu dengan keterangan yang disampaikan Marwah Daud. Pasalnya, ia tahu betul tokoh ulama yang ada di seluruh Jawa Timur, dan belum pernah dengar dengan sosok bernama Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Benar saja, ketika bertemu, Mahfud mendapatkan kesan kalau sang tokoh tidak menunjukkan ketinggian dalam ilmu Islam. Bicaranya biasanya seperti orang kebanyakan.
Semua Kalangan Kecipratan Dimas Kanjeng
Hal menarik muncul dari kalangan mana saja yang sempat “kecipratan” atau terkait dengan fenomena Dimas Kanjeng. Terungkaplah beberapa kalangan yang terlihat dari mereka yang menjadi korban, hingga yang fotonya terpajang di Padepokan.
Ada tiga kelompok besar kalangan yang terkait dengan Dimas Kanjeng. Pertama, kalangan politisi yang lebih tertarik karena sang tokoh mempunyai akses puluhan ribu orang dan tersebar hampir di seluruh Indonesia. Ini merupakan lahan subur untuk iklim demokrasi.
Kedua, kalangan yang terjebak dalam ambisius aliran uang yang demikian besar. Menurut pengacaranya, Dimas Kanjeng mengaku memiliki uang sebesar 2 trilyun yang diperoleh dari mahar ribuan pengikutnya.
Tidak heran jika aparat keamanan, pengusaha, termasuk pejabat begitu tergiur dengan kekayaan Padepokan ini. Tidak heran jika ada pengusaha yang merasa telah kehilangan 200 milyar rupiah yang tertelan dalam modus mahar.
Dan ketiga, inilah yang paling bahaya dari tiga kalangan ini. Yaitu, mereka yang merasa yakin bahwa Dimas Kanjeng memang benar-benar mampu menggandakan atau mengadakan uang seperti yang tersiar dalam video buatan mereka.
Selain berbahaya dari segi akidah karena mempercayai kekuatan lain selain Allah swt., kalangan ini telah kehilangan daya kritis mereka tentang keberadaan uang yang mereka klaim sebagai “produk” Dimas Kanjeng.
Kalau pun benar memang ada kemampuan itu, persoalan uang sangat berbeda dengan istana Ratu Balqis yang pernah terjadi di masa Nabi Sulaiman. Karena Nabi Sulaiman, dan stafnya yang bernama Ashif bin Barkhiya, tokoh di balik pemindahan istana tersebut, sama sekali tidak mengklaim istana tersebut menjadi milik mereka.
Kemampuan tersebut diperlihatkan Ashif bin Barkhiya, selain karena ketaatan kepada Nabi Allah, juga karena ingin mendukung strategi Nabi Sulaiman untuk menaklukkan Ratu Balqis tanpa terjadi peperangan. Dan penaklukan itu semata-mata dalam rangka dakwah untuk mengajak mereka kepada agama Allah yang benar.
Sementara dalam hal uang, baik menggandakan atau mengadakan, dua-duanya sama-sama melanggar hukum, baik syariat Islam maupun hukum negara.
Menggandakan uang jelas merupakan tindak pidana dan ancamannya pun sangat berat. Dan, mengadakan uang, berarti memindahkan uang dari tempat lain ke tempat yang memindahkan. Itu sama saja dengan mencuri. Cuma bedanya, kalau pencuri atau koruptor memindahkan dengan tangan dan jabatan; sementara Dimas Kanjeng memindahkan melalui kekuatan jin.
Istana pun Berkomentar
Selain masalah di atas, ada hal lain yang tidak kalah menarik. Baru-baru ini, Istana Kepresidenan Republik Indonesia akhirnya memberikan komentar dengan fenomena Dimas Kanjeng. Pasalnya, ada foto yang dipajang dan dibagikan para “santri” sebagai jaminan lurusnya sang Guru Besar.
Foto itu memuat gambar Presiden Joko Widodo yang tengah bersalaman dengan sosok Dimas Kanjeng yang berkunjung ke Istana. Menurut juru bicara istana, foto tersebut sama sekali tidak menunjukkan kedekatan antara presiden dengan Dimas Kanjeng. Karena siapa pun bisa saja bersalaman dengan presiden dalam acara terbuka.
Para pengamat menilai waktu kejadian foto tersebut, yaitu saat pertama kali Jokowi menjabat Presiden, di mana sejumlah tokoh datang untuk memberikan selamat.
Sayangnya, foto inilah yang dimanipulasi Dimas Kanjeng sebagai daya tarik sekaligus jaminan siapa dan seberapa hebat sosok Dimas Kanjeng ini.
Meminjam pernyataan sejumlah tokoh yang menyatakan bahwa negeri ini memang sedang sakit. Dari fenomena Dimas Kanjeng ini, sakit yang paling berbahaya adalah merosotnya nilai-nilai akidah umat. Astaghfirullah! (mh)