Di tengah meningkatnya propaganda anti Islam di seluruh dunia, sebuah dewan ulama elit bertemu di Abu Dhabi, membahas metode merenovasi pendidikan Islam dan mengembangkan strategi baru untuk mengirim delegasi perdamaian ke dunia global demi menghentikan aksi kekerasan.
“Tujuannya adalah untuk mencapai kesepakatan bahwa tidak bersalah dengan aksi terorisme yang terjadi,” Dr Kaltham Al Muhairi, profesor di Institut Studi Dunia Islam Universitas Zayed, mengatakan selama pertemuan Dewan Sesepuh Muslim Ahad kemarin (15/2/2015), The National melaporkan.
“Dialog ini juga bertujuan untuk membuat pihak lain mengakui hak kaum Muslimin untuk menggambarkan citra Islam yang sebenarnya.”
Dewan Sesepuh Muslim bertemu di ibukota Emirat untuk membahas cara-cara memodernisasi pendidikan Islam yang diajarkan di sekolah-sekolah untuk melawan kesalahpahaman.
Pertemuan yang digelar Kamis pekan lalu, membahas metode untuk meningkatkan dialog antaragama, termasuk mengirimkan delegasi perdamaian ke dunia global untuk menghentikan aksi kekerasan.
Abdullah bin Bayyah, presiden Forum untuk Mempromosikan Perdamaian di Masyarakat Muslim, mengatakan delegasi akan dikirim ke daerah konflik untuk memperbaiki kesalahpahaman tentang Syariah dan menjelaskan bahwa ertumpahan darah tidak ada yang diuntungkan.
Bin Bayyah mengatakan delegasi perdamaian akan terlibat dalam dialog yang semua orang bisa mendapatkan keuntungan dari dialog tersebut, “apakah itu ISIS atau selain ISIS”.
Mereka harus terdiri dari intelektual elit yang bisa”menghadapi arus kekerasan dan konflik secara acak, ujarnya.
“Mencari hak selama perang yang merusak tidak akan memimpin umat,” kata bin Bayyah. “Ini akan berakhir dengan kehancuran dan semua orang akan dikalahkan.
“Bahkan jika seseorang membayangkan dia menang, tidak ada kemenangan jika ummat terbakar.”
Dia menambahkan bahwa hal itu adalah tugas ulama, intelektual, perguruan tinggi dan politisi yang baik untuk bertindak sebagai pemadam kebakaran di atmosfer yang mematikan ini.
“Banyak sengketa yang kita anggap sebagai internal sebenarnya akibat campur tangan asing, sehingga membutuhkan dua hal yaitu berbicara dengan pelaku di lapangan dan orang-orang di belakang mereka,” jelas bin Bayyah.[af/onislam]