ChanelMuslim.com – Bangladesh mendesak Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk membantu menyelesaikan krisis Rohingya, dengan mengatakan situasi politik yang memburuk di Myanmar menghambat pemulangan pengungsi secara damai.
Baca juga: ‘Guest house’ Bangladesh Sediakan Makanan Gratis Ramadan untuk Semua
Bangladesh saat ini menampung sekitar 1,2 juta pengungsi Rohingya di kamp-kamp di pantai tenggara Cox’s Bazar. Ketidakpastian membayangi pemulangan mereka ke negara bagian Rakhine menyusul kudeta militer di Myanmar pada 1 Februari lalu.
Menteri Luar Negeri AK Abdul Momen, yang sedang dalam kunjungan resmi ke AS, mengatakan: “Sangat membuat frustrasi bahwa banyak negara berpengaruh telah meningkatkan hubungan ekonomi dan bisnis mereka dengan Myanmar sambil secara terbuka mengecam pelanggaran hak asasi manusia di sana.”
Momen membuat seruan itu saat Menlu Bangladesh mengadakan pertemuan bilateral dengan sekretaris jenderal di markas besar PBB di New York pada hari Kamis, lapor kantor berita pemerintah Bangladesh Sangbad Sangstha (BSS) pada hari Jumat kemarin.
Menteri juga mendesak Sekjen PBB untuk memastikan bahwa vaksin COVID-19 dapat diakses oleh semua orang.
Sekjen PBB mengapresiasi sikap kemanusiaan Dhaka dalam memberikan perlindungan bagi orang-orang Rohingya.
“Dunia tidak akan melupakan kemurahan hati Bangladesh dalam menjadi tuan rumah kamp pengungsi terbesar di dunia,” tambahnya.
Menteri juga menjelaskan kepada Sekjen PBB tentang fasilitas di pulau Bhashan Char dan menekankan pentingnya operasi PBB di sana.
Negara itu baru-baru ini merelokasi sekitar 20.000 pengungsi Rohingya, dan akan memindahkan 80.000 lainnya ke pulau itu dalam beberapa bulan mendatang.
Momen kemudian mengadakan pertemuan dengan Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Politik dan Pembangunan Perdamaian, Rosemary DiCarlo, dan membahas situasi politik saat ini di Myanmar dan dampaknya terhadap pemulangan Rohingya dari Bangladesh ke Myanmar.
Menurut Amnesty International, lebih dari 750.000 pengungsi Rohingya, kebanyakan wanita dan anak-anak, melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan tindakan keras terhadap komunitas minoritas Muslim pada Agustus 2017 silam.[ah/anadolu]