ChanelMuslim.com – Walikota Surabaya Eri Cahyadi berupaya menekan angka kematian ibu dan bayi di wilayahnya. Berdasarkan data Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur, Angka Kematian Bayi (AKB) di Surabaya mencapai 208 atau kedua tertinggi setelah Jember yang mencapai 324 bayi.
Sementara itu, Angka Kematian Ibu (AKI) di Surabaya mencapai 24 orang atau keempat setelah Malang 25 orang, Bojonegoro 29 orang, dan Jember 61 orang.
Baca Juga: Warganya Kritis, Walikota Bengkulu Pinjamkan Mobil Alphard untuk Berobat ke Palembang
Nol Kematian Ibu dan Anak
Eri Cahyadi mengatakan, bukan hanya menekan AKB dan AKI, tapi ia juga menginginkan nol kematian ibu dan anak di Surabaya.
“Kami tidak hanya menurunkan, tapi harus zero,” ungkapnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (13/3/2021).
Eri memastikan untuk terus berkoordinasi dan bersinergi dengan arahan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Mantan Kepala Bappeko Surabaya itu mengatakan bahwa telah banyak program dan pendampingan yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya untuk mengatasi stunting dan AKI dan AKB.
Eri juga akan melibatkan pengurus PKK di Surabaya untuk melakukan pendampingan kepada ibu hamil di setiap RW di Surabaya.
Selain itu, Eri menginformasikan persyaratan warga hamil yang dapat ditanggung perawatannya oleh Pemkot Surabaya yaitu ibu hamil yang menetap di Surabaya di bawah kehamilan 4 bulan.
Baca Juga: Pentingnya Zat Besi bagi Ibu Hamil
Angka Kematian Ibu dan Bayi secara Nasional
Di Bojonegoro, Angka Kematian Ibu (AKI) pada Agustus 2020 mencapai 27 kematian yang disebabkan oleh perdarahan, PE-Eklampsia, dan penyakit penyerta. Sementara, data nasional menyebutkan jumlah kematian ibu mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Angka Kematian Bayi (AKB) di Bojonegoro pada Agustus 2020 mencapai 74 kasus kematian neonatal dan 116 kematian post neonatal. Target global SDGs pada 2030 yaitu AKB 12 per 1.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal 7 per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab Kematian Bayi di antaranya: Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), Asfiksia dan Kelainan Bawaan. BBLR dan prematuritas masih menjadi penyebab utama kematian bayi yaitu 38,8/1000 Kelahiran Hidup.
Di sisi lain, data tahun 2015 dari Susenas menyebutkan AKI sebanyak 305 per 100.0000 penduduk dan AKB pada tahun 2017 sebesar 24 per 1.0000 kelahiran hidup.
Kesehatan ibu dan anak termasuk faktor yang mempengaruhi Sustainable Development Goals (SDGs). Pada tahun 2030, WHO mendorong target penurunan AKI harus di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan AKB dan balita proporsinya ditargetkan turun hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup.[ind]