SEORANG anak Gaza mengatakan bahwa ia benci pada seluruh dunia. Kalimatnya singkat, tapi mewakili rasa dikecewakan, dibiarkan, dianaktirikan.
“Sepertinya aku akan lebih memilih untuk tinggal di sini apapun yang terjadi, karena aku sudah benci pada seluruh dunia.”
Edgar Hamas menulis artikel berjudul: Kepada Kita Yang Mulai Lupa.
Orang bijak bilang, bahwa kalimat singkat barangkali menyimpan pesan yang paling mendalam.
Seperti kalimat sederhana seorang anak Gaza, “sepertinya aku akan lebih memilih untuk tinggal di sini apapun yang terjadi, karena aku sudah benci pada seluruh dunia.”
Benci pada seluruh dunia. Ia singkat, tapi mewakili rasa dikecewakan, dibiarkan, dianaktirikan.
Dan kalimat itu tepat tertuju buat kita. Sama pula seperti ketika Mu’taz Azaiza menulis, “you are useless” pada warga dunia. Singkat, tapi sayangnya, benar. Kita, sudah terdistraksi.
Baca juga: Para Pemimpin Muslim di Amerika Dorong Kampanye Melawan Biden karena Kasus di Gaza
Anak Gaza: Aku Benci pada Seluruh Dunia
Saya beberapa hari ini limbung memikirkannya. Suka cita khutbah Jum’at Masjidil Haram pun bagai guntur ketika khatib berdoa, “Ya Allah, bebaskanlah Masjid Al Aqsha…”
Kita, diingatkan lagi. Perjuangan belum selesai, bahkan kini semakin berat. Rafah sudah ditikam, dan kita diam.
Saya tahu kita pasti sudah di fase bingung mesti berbuat apa. Pun masalah negeri kita masih bertubi-tubi tak tahu ke mana arahnya.
Namun, tulisan ini saja saya buat untuk kembali mengokohkan keberpihakan saya. Jangan, jangan pernah berhenti bicara Palestina.
Seorang guru berbicara dengan mata berkaca-kaca, “kalian tahu apa yang membuat kita bisa bangun lagi dari rasa lupa ini?”
“Bayangkan saja kelak di padang Mahsyar, dan Allah pertemukan kita dengan syuhada Gaza. Mata saling tatap. Di situ, kira-kira apa yang kita rasakan?”
Keberpihakan kita sekarang, sekecil apapun, akan membuat kita mampu mengangkat wajah.
Malu, malulah kita pada orang-orang yang bahkan bukan muslim tapi lebih serius membela kemanusiaan di Gaza. Sementara kita, bodohnya, malah termakan isu Palestina hanya rebutan tanah saja.
Badai Al Aqsha akan jadi gemericik angin lewat saja jika bukan kita yang membesarkan pusarannya.
Ia adalah badai, badai yang seharusnya bisa kita manfaatkan untuk mengobrak-abrik kebohongan zionis. Mari terus belajar, memahami bahwa ini adalah mukadimah kemenangan yang besar.[ind]
Sumber: @cerita.edgar