ChanelMuslim.com – Kelompok pemuda yang menamakan diri sebagai Aktivis Milenial rupanya tidak ingin ketinggalan merayakan 20 tahun reformasi. Bertempat di EV Hive D-Lab, Jakarta, Sabtu (19/05/18), para anak muda mengikuti gaya baru untuk 20 tahun reformasi.
Pradana Indraputra, ketua penyelenggara acara ini menyatakan, Aktivis Milenial untuk 20 tahun reformasi seperti ini adalah cara agar lebih move on. Menurutnya, tantangan generasi milenial yaitu bagaimana mengubah rakyatnya.
“Menurut kita, reformasi sudah selesai. Kita tetap berterima kasih, tapi bagi kita reformasi sudah selesai. Tapi kita menganggap, tantangan generasi milenial sekarang sudah beda. Dulu, gerakan itu ingin mengubah pemerintahannya. Sekarang, tantangannya, bagaimana mengubah rakyatnya,” ungkap Pradana.
Sharing session yang jadi ruh perayaan ala Aktivis Milenial berjudul “Terima Kasih Reformasi, Saatnya Transformasi”. Dalam sharing session ini, muda – mudi dari beragam latar belakang mengungkap apa tantangan reformasi masa kini.
Beberapa yang ikut mengisi sharing session, yakni Anggawira (Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia – HIPMI), Phirman Rheza (Sekjend Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia – KAMMI), M. Alfatih Timur (Founder KitaBisa), Haykal Kamil (Influencer – YouTuber), dan Zivanna Letisha (Penulis – Putri Indonesia 2008).
Selain sharing session, audiens yang juga datang dari berbagai latar belakang organisasi kepemudaan dan profesi ikut menimpali diskusi dari para narasumber.
Pandangan menarik dari Anggawira mengungkapkan bahwa 30 persen pemuda masih ingin menjadi pegawai. Padahal potensi luar biasa yang dimiliki Indonesia sangat bisa dikelola sebagai entrepreneur.
“Bagaimana mahasiswa atau pemuda memilih entrepreneur sebagai bagian dari sisi kehidupannya. Dari survei HIPMI, sayangnya, 30 persen pemuda masih ingin jadi pegawai. Padahal potensi luar biasa yang ada di Indonesia dalah menjadi entrepreneur. Ini yang kita dorong,” ungkap Anggawira.
Haykal Kamil seorang Influencer & YouTuber mengatakan bahwa aktivitas digital lebih penting sehingga mestinya ada aksi nyata dari gagasan netizen menjadi real citizen.
“Kalau dulu, kita menyebutnya citizen. Sekarang, ada dunia maya, ada netizen. Bahkan, aktivitas di digital sering dianggap jauh lebih penting. Aktivis milenial itu tak hanya sekadar kumpul – kumpul, tapi mengubah gagasan jadi aksi nyata. Dari netizen menjadi real citizen,” kata Haykal. (Wnd/PR)