ChanelMuslim.com – Lima perempuan peraih Nobel Perdamaian mendesak pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi untuk tidak berdiam diri melihat pembersihan etnis yang terjadi pada komunitas Muslim Rohingya.
"Kami sangat terpukul, sedih dan khawatir menyaksikan sikap diam Anda atas kekejaman terhadap minoritas Rohingya. Mereka dieksekusi, dihilangkan secara paksa, ditahan, diperkosa dan mengalami serangan seksual lainnya. Desa-desa mereka dibakar, warga sipil diserang yang membuat PBB menyatakannya sebagai pembersihan etnik," kata lima peraih Nobel Perdamaian melalui surat terbuka kepada Aung San Suu Kyi.
Mereka menambahkan bahwa apa yang menimpa minoritas Muslim Rohingya di Negara Bagian Rakhine adalah serangan terhadap kemanusiaan.
Kelima peraih Nobel Perdamaian yang mendesak Suu Kyi untuk angkat bicara dan membela hak-hak warga Muslim Rohingya adalah Mairead Maguire (perain Nobel Perdamaian 1976 dari Irlandia Utara), Joy Williams (1997, Amerika Serikat), Shirin Ebadi (2003, Iran), Leymah Gbowee (2011, Liberia) dan Tawakkol Karman (2011, Yaman).
Dalam pandangan lima perempuan penerima Nobel Perdamaian, Suu Kyi punya tanggung jawab moral dan personal untuk menegakkan dan mempertahankan hak-hak warga negara.
"Berapa banyak lagi warga Rohingya yang harus tewas, berapa banyak lagi perempuan Rohingya yang diperkosa, berapa banyak lagi komunitas yang dilenyapkan sebelum Anda berbicara?" kata lima perempuan peraih Nobel Perdamaian.
"Diamnya Anda tidak sesuai dengan visi demokrasi yang Anda perjuangkan untuk negara Anda dan yang kami dukung selama bertahun-tahun."
Kelima peraih Nobel Perdamaian mengatakan kepada Aung San Suu Kyi saatnya sekarang untuk mengambil sikap atas krisis ini, memberi hak-hak kewarganegaraan secara penuh kepada orang-orang Rohingya, dan menghentikan persekusi terhadap warga sipil yang tak berdosa.[ah/bbc]