PADA rubrik Arsitektur kali ini, kami akan menjawab pertanyaan: benarkah plafon rumah semakin tinggi, maka akan semakin sejuk? Ir. Andan Nadriasta membahas hal ini sebagai berikut.
Pertanyaan ini berasal dari pembaca CMM yang merasakan panasnya di dalam rumah kediamannya karena plafon terlalu pendek.
Pak Ir. Andan Nadriasta di chanelmuslim.com, rumah saya panas dan pengap. Menurut saya, plafon rumah terlalu rendah hingga ruangan jadi panas.
Saya ingin tinggikan plafon tersebut. Berapakah tinggi yang ideal plafon rumah saya? (Joko, Yogyakarta)
Pak Joko di Jogja, jazakallah atas aksesnya ke chanelmuslim.com. Semoga silaturahim kita diberkahi Allah. Semoga situs chanelmuslim.com dapat senantiasa istiqamah berdakwah di layar maya ini.
Pak Joko dan netters sekalian, saya ingin meluruskan pemahaman ini. Benarkah plafon semakin tinggi, maka akan membuat rumah semakin sejuk?
Baca Juga: Musim Hujan, 3 Inspirasi Arsitektur Rumah Anti Banjir
Benarkah Plafon Semakin Tinggi Maka Rumah Akan Semakin Sejuk? Ini Kata Arsitek
Jawabannya tidak benar. Karena yang membuat sejuk ruangan adalah pola sirkulasi hawa yang benar.
Jadi, tidak ada hubungan antara ketinggian plafon dan sejuk atau tidaknya ruangan. Jika kita ingin ruangan menjadi nyaman, sejuk dan segar, maka kita harus memperhatikan pola sirkulasi udaranya.
Idealnya adalah pola ‘cross ventilation‘. Pola sirkulasi hawa silang depan belakang atau kiri kanan akan membuat rumah menjadi segar.
Hawa dari depan dapat masuk dan dibuang melalui hawa belakang. Demikian juga sebaliknya. Apalagi jika di tambah di kiri dan kanan rumah ada bukaan juga.
Maka akan bertambah lagi kesejukannya. Jadi yang utama adalah pola depan belakang dulu. Baru kiri dan kanan jika memungkinkan.
Permasalahannya, banyak sekali orang membangun rumah tanpa memperhatikan pola sirkulasi hawa yang benar.
Yang penting, buat ruangan sebanyak mungkin, bikin kamar di setiap sisi rumah dan setiap jengkal tanah dapat dijadikan ruang.
Pemahaman ini salah karena tidak memperhatikan pola kebutuhan ruang dan standarisasi ukuran serta mengabaikan bukaan sinar matahari.
Wajar saja hal ini sering terjadi, karena banyak sekali rumah yang tidak di desain oleh arsitek. Pergilah ke arsitek. Bisa ke teman, tetangga, kenalan bahkan zaman sekarang bisa melalui on line.
Diskusikan apa yang diinginkan. Lalu bicarakan fee desainnya yang jelas tidak mahal jika dibandingkan dengan biaya bangun rumahnya.
Dan akan terasa lagi tidak mahal jika justru dengan desain tersebut akan melahirkan konsep rumah hemat. Hemat energi, hemat bangunan dan hemat di kantong tentunya.
Netters sekalian, untuk standar plafon, kita harus perhatikan bentuk bangunannya. Karena ada perbandingan antara ketinggian dan lebar bangunan. Semakin lebar bangunan maka semakin tinggi pula plafonnya.
Jadi jangan main asal tinggi saja. Karena jika kaidah ini yang dipakai, maka justru shock yang dihasilkan. Itulah istilah arsitekturnya.
Ya, kaget. Itulah bahasa mudahnya. Jika ada lorong sempit selebar 1,5 m lalu dibuat plafon setinggi 6 meter, maka kita akan merasa lorong tersebut mencekam dan shock.
Nah, berarti ada hubungan antara lebar ruang dan ketinggian plafon.
Untuk mudahnya, saya buat data sebagai berikut:
1. Rumah petak, plafonnya sekitar 2,5 meter sampai 3 meter.
2. Rumah tinggal biasa plafonnya sekitar 3 sampai 3,5 meter.
3. Rumah tinggal yang besar plafonnya sekitar 3,5 meter hingga 4 meter
4. Masjid, plafonnya 4 meter sampai 5 meter.
Itulah standard plafon di bangunan yang berbeda – beda. Jadi, tolong disesuaikan sendiri plafon kita sesuai kebutuhan kita masing – masing.
Demikian Pak Joko, semoga penjelasan ini ada manfaatnya. Semoga penjelasan ini membuat pemahaman kita tentang pola sirkulasi hawa dan standar plafon menjadi baik dan benar.[ind]
Ir. Andan Nadriasta – www.griyainsani.com
Kirimkan email pertanyaan/order desain/pelaksanaan ke: [email protected]
Wa: 0813 1901 0400 sms: 0817 496 5742
fb : griyainsani
IG: @griyainsani
Twitter: @griyainsani_com