UNIVERSITAS Negeri Malang (UM) memperkenalkan inovasi ramah lingkungan melalui peluncuran AirUM, air minum dalam kemasan hasil olahan air hujan.
Terobosan ini menjadi wujud nyata pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan sekaligus mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).
AirUM ini sendiri terlahir dari keprihatinan terhadap potensi air hujan yang kerap kali terbuang percuma dan tidak memiliki banyak manfaat.
Melalui sistem filtrasi dan sterilisasi canggih, UM berhasil mengolah air hujan menjadi air minum murni yang higienis dan aman dikonsumsi.
Proses pengolahan air minum ini dilakukan dalam dua tahap utama: water treatment dan pengemasan.
Baca juga: Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Aceh Buka Prodi Manajemen Haji dan Umroh
Universitas Negeri Malang Luncurkan Inovasi Air Hujan jadi Air Minum Rendah Mineral
Tahap pertama, air hujan disaring melalui beberapa lapisan dan disterilkan menggunakan sinar ultraviolet (UV).
Hal ini dilakukan agar kandungan kimianya tetap alami namun bebas mikroorganisme berbahaya, sehingga aman dikonsumsi.
“AirUM bukan air mineral, tetapi air murni dengan kandungan mineral yang sangat rendah,” ujar Kepala Subdirektorat Sarana Prasarana UM, Faul Hidayatunnafiq S.Kom.
“Cocok bagi konsumen yang sensitif terhadap unsur mineral tertentu,” lanjutnya, dikutip dari laman resmi UM.
Ia menjelaskan, keunggulan AirUM terletak pada tingkat Total Dissolved Solids (TDS) yang rendah, serta pH air yang dikendalikan menggunakan teknologi pH booster.
Dengan pengembangan teknologi ini, UM kini mampu memproduksi air minum secara mandiri tanpa bergantung pada penyedia pihak ketiga.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Lebih dari sekadar produk konsumsi, AirUM juga menjadi bagian dari sistem pengelolaan air terpadu di kampus UM.
Air hujan yang ditampung tidak hanya diolah menjadi air minum, tetapi juga dimanfaatkan untuk keperluan non-konsumsi seperti pembilasan toilet.
Langkah ini mengurangi ketergantungan pada air tanah dan pasokan PDAM, serta berkontribusi menekan biaya operasional kampus.
Ia meyakini bahwa ke depannya, sistem ini akan mencapai titik impas (Break Even Point), bahkan dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai bagian dari gaya hidup sehat masyarakat luas. [Din]