ChanelMuslim.com- Tak pernah terlintas sedikit pun di benak Yazdigird, Kaisar Persia terakhir, kalau pertemuannya dengan utusan Khalifah Umar merupakan negosiasi terakhirnya sebagai kaisar.
Kejadiannya di tahun 14 Hijriyah atau 637Masehi. Itulah tahun bersejarah, jatuhnya kekaisaran Persia ke kekuasaan kekhalifahan Umar bin Khaththab.
Baca Juga: Kisah Abdullah bin Hudzafah Dipaksa Mencium Kepala Kaisar (2)
Yazdigird
Setahun sebelumnya, Saad bin Abi Waqash, panglima perang yang ditugaskan Umar bin Khathab; mengutus beberapa orang delagasi untuk menyampaikan maksud pasukan muslim ke wilayah Persia.
Seorang delegasi bernama Nu’man bin Muqarrin r.a. mengatakan, “Allah swt. telah mengutus seorang Rasul dan mengajak Yazdigird masuk Islam. Jika berkenan dengan ajakan ini, kami akan tinggalkan kitabullah dan kami tetapkan Anda sebagai penguasa yang berwenang menegakkan hukum-hukum yang terkandung di dalamnya.”
“Namun, jika tidak,” lanjut Nu’man, “Kami harus memungut jizyah dari kalian dan kalian kami lindungi. Jika kalian menolak, maka kami akan perangi!”
Sebuah ungkapan mengejutkan, sekaligus mungkin menggelikan untuk sosok Yazdigird. Bagaimana mungkin sebuah wilayah kecil, negeri Madinah, yang tidak pernah dikenal sebelumnya berani mengancam negara adikuasa, Persia.
Sejarah akhirnya mencatat, tidak kurang dari satu tahun dari ancaman itu, Kekaisaran Persia takluk dalam perang besar di wilayah Qadisiah. Sekitar 40 ribu tentara Persia tewas, termasuk panglima besarnya, Rustum. Sementara sebanyak 2500 mujahidin syahid.
**
Bayangkan kita sebagai salah seorang delegasi yang diutus menghadap pemimpin negara adidaya seperti Nu’man bin Muqarrin r.a. Orang biasa yang tidak memiliki harta, pendidikan khusus kemiliteran, titel pendidikan, dan lain-lain.
Mampukah kita mengucapkan kata-kata, “Kami persilakan Anda masuk Islam. Jika tidak berkenan, silakan membayar jizyah. Jika menolak, kami akan perangi kalian!”
Rahasia keberanian dan keyakinan itu ada dalam satu kata: iman. “Bukan kita yang menentukan ajal. Bukan kita yang memastikan kapan akan menang. Dan bukan kita yang menggariskan kekalahan.” Melainkan, Allah swt.
Hasbunallah wani’mal wakil, ni’mal maula wani’man nasishir. Cukuplah Allah swt. sebagai sebaik-baik tempat bersandar, dan cukuplah Allah sebagai pemimpin dan penolong. (muhammad nuh/foto: sejarah islam)