ChanelMuslim.com – Al-Quran dan Sunah Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan perumpamaan 4 model manusia berdasarkan sikapnya terhadap Islam.
Ustaz K.H. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc. menjelaskan hal ini sebagai berikut.
4 Model Manusia dalam Al Quran
Baca Juga: 3 Alasan Allah Menciptakan Manusia
Pertama, seperti tanah
Beragam kualitas tambang manusia dalam menyikapi Islam, ibarat tanah dalam menyerap air hujan yang turun ke dalamnya. Firman Allah:
وَا لْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَا تُهٗ بِاِ ذْنِ رَبِّهٖ ۚ وَا لَّذِيْ خَبُثَ لَا يَخْرُجُ اِلَّا نَكِدًا ۗ كَذٰلِكَ نُصَرِّفُ الْاٰ يٰتِ لِقَوْمٍ يَّشْكُرُوْنَ
“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan izin Tuhan; dan tanah yang buruk, tanaman-tanamannya tumbuh merana.
Demikianlah Kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kebesaran Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.” (QS. Al-A’raf: 58)
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan dalam perumpamaan berikut:
مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنْ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتْ الْمَاءَ فَأَنْبَتَتْ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتْ الْمَاءَ فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لَا تُمْسِكُ مَاءً وَلَا تُنْبِتُ كَلَأً فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ
قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ قَالَ إِسْحَاقُ وَكَانَ مِنْهَا طَائِفَةٌ قَيَّلَتْ الْمَاءَ قَاعٌ يَعْلُوهُ الْمَاءُ وَالصَّفْصَفُ الْمُسْتَوِي مِنْ الْأَرْضِ
“Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengan membawanya adalah seperti hujan yang lebat yang turun mengenai tanah.
Di antara tanah itu ada jenis yang dapat menyerap air sehingga dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak.
Dan di antaranya ada tanah yang keras lalu menahan air (tergenang) sehingga dapat diminum oleh manusia, memberi minum hewan ternak dan untuk menyiram tanaman.
Dan yang lain ada permukaan tanah yang berbentuk lembah yang tidak dapat menahan air dan juga tidak dapat menumbuhkan tanaman.
Perumpamaan itu adalah seperti orang yang faham agama Allah dan dapat memanfaatkan apa yang aku diutus dengannya, dia mempelajarinya dan mengajarkannya, dan juga perumpamaan orang yang tidak dapat mengangkat derajat dan tidak menerima hidayah Allah dengan apa yang aku diutus dengannya.
Berkata Abu Abdullah; Ishaq berkata: Dan di antara jenis tanah itu ada yang berbentuk lembah yang dapat menampung air hingga penuh dan di antaranya ada padang sahara yang datar.” (Bukhari 77)
Baca Juga: Manusia Terbaik
Jadi, ada beberapa model manusia:
1- Manusia yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain
2- Manusia yang bermanfaat bagi dirinya saja
3- Manusia yang tidak bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Bahkan membahayakan dirinya dan orang lain. Ini model yang paling buruk.
Semoga kita bisa menjadi tanah yang subur dan menyuburkan bagi Islam. Islam tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi kita tetapi juga bisa dirasakan manfaatnya bagi orang lain.
Kedua, seperti beragam jenis air
Ada air yang suci dan mensucikan. Ada air suci tetapi tidak mensucikan karena tercampur dengan unsur lain yang mengubah statusnya.
Ada air najis karena tercampur benda najis hingga najis tersebut mendominasi. Demikian pula beragam model manusia yang ada dalam kehidupan dunia ini.
Allah menyebut orang-orang musyrik dengan sebutan najis.
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنَّمَا الْمُشْرِكُوْنَ نَجَسٌ فَلَا يَقْرَبُوا الْمَسْجِدَ الْحَـرَا مَ بَعْدَ عَا مِهِمْ هٰذَا ۚ وَ اِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيْكُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖۤ اِنْ شَآءَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis (kotor jiwa), karena itu janganlah mereka mendekati Masjidilharam setelah tahun ini.
Dan jika kamu khawatir menjadi miskin (karena orang kafir tidak datang), maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah: 28)
Allah menyebut kemusyrikan mereka sebagai sesuatu yang najis.
فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْأَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ
“… maka jauhilah (penyembahan) berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan dusta.”
(QS. Al-Hajj: 30)
Allah juga menyebut orang-orang munafiq sebagai manusia najis.
وَاَ مَّا الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ فَزَا دَتْهُمْ رِجْسًا اِلٰى رِجْسِهِمْ وَمَا تُوْا وَهُمْ كٰفِرُوْنَ
“Dan adapun orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit, maka (dengan surat itu) akan menambah kekafiran mereka yang telah ada dan mereka akan mati dalam keadaan kafir.”
(QS. At-Taubah: 125)
Baca Juga: Masalah Terberat dalam Hidup Manusia
Ketiga, seperti buih
Ini merupakan kondisi kebanyakan manusia, termasuk sebagian besar kaum muslimin saat ini.
Mereka lemah dan dipermainkan orang lain karena meremehkan urusan agama, tidak punya rasa tanggung jawab untuk memperjuangkan Islam, sangat mencintai dunia dan tidak yakin dengan janji-janji Allah.
Sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:
يُوشِكُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ الْأُمَمُ مِنْ كُلِّ أُفُقٍ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ عَلَى قَصْعَتِهَا قَالَ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمِنْ قِلَّةٍ بِنَا يَوْمَئِذٍ قَالَ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنْ تَكُونُونَ غُثَاءً كَغُثَاءِ السَّيْلِ يَنْتَزِعُ الْمَهَابَةَ مِنْ قُلُوبِ عَدُوِّكُمْ وَيَجْعَلُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ قَالَ قُلْنَا وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الْحَيَاةِ وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
“Hampir saja ummat-ummat dari segala penjuru mengerumuni kalian seperti orang-orang lapar mengerumuni piring makanan.
Kami bertanya; Apakah karena saat itu kita golongan minoritas?
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda;
Bahkan kalian saat itu banyak, tapi kalian adalah buih seperti buih banjir, rasa ketakutan telah dicabut dari hati musuh kalian dan penyakit wahn disemayamkan dalam hati kalian.
Kami bertanya; Apa itu wahn?
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda; Cinta dunia dan takut mati.” (Musnad Ahmad 21363)
Baca Juga: Amal Manusia Diperiksa Setiap Senin dan Kamis
Keempat, tidak punya pendirian dan prinsip (imma’ah)
Dengan demikian, ia mudah dikelabui, dipengaruhi, diperalat dan diombang-ambingkan.
Sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:
لَا تَكُونُوا إِمَّعَةً تَقُولُونَ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَحْسَنَّا وَإِنْ ظَلَمُوا ظَلَمْنَا وَلَكِنْ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا وَإِنْ أَسَاءُوا فَلَا تَظْلِمُوا
“Janganlah kalian menjadi orang yang suka mengekor orang lain. Jika manusia menjadi baik, maka kami juga akan berbuat baik. Dan jika mereka berbuat zhalim, maka kami juga akan berbuat zhalim.’
Akan tetapi, mantapkanlah hati kalian, jika manusia berbuat baik kalian juga berbuat baik, namun jika mereka berlaku buruk, janganlah kalian berbuat zhalim.” (Sunan Tirmidzi 1930)
Dalam beragama, bagi mereka ini, tidak ada yang namanya prinsip sehingga mudah ditukar, dicampur aduk dan dilarutkan dengan ajaran-ajaran lain lalu menjadi sinkretisme atau liberalisme dan tidak jelas identitas keislamannya.
Dari sini kemudian muncul “muslim-muslim” yang menyerang Islam dan membanggakan ajaran lain.[ind/Sharia Consulting Center]