ChanelMuslim.com- Harmonis itu seimbang, serasi, dan seirama. Hanya bahtera yang seimbang dan serasi yang mampu mengantarkan penumpangnya ke tempat tujuan.
Meraih keluarga harmonis seperti menapaki anak-anak tangga. Semakin banyak anak tangga, semakin landai jalan yang akan dilalui. Sebaliknya, semakin sedikit anak tangga, semakin terjal jalan yang akan didaki.
Semua pasangan suami istri ingin meraih keluarga yang harmonis. Ada ketenangan di situ. Ada kedamaian, ada kebahagiaan, dan ada kesejahteraan.
Sayangnya, banyak orang yang ingin instan. Ingin sesegera mungkin bisa harmonis tapi tidak mau capek menapaki anak-anak tangga. Hasilnya, keharmonisan menjadi sangat semu. Kulitnya saja, tapi dalamnya seperti bara api yang sewaktu-waktu bisa terbakar.
Karena itu, perlu pemahaman dan kesabaran untuk serius menapaki setiap anak tangga, agar anak-anak tangga yang ditapaki itu mampu mengantarkan kita ke puncak kebahagiaan rumah tangga.
Berikut ini di antara anak-anak tangga yang mesti ditapaki dengan sungguh-sungguh. Antara lain.
Rumah Tangga itu Kesibukan Suami Istri
Siapakah yang bertanggung jawab di urusan rumah tangga, seperti kebersihan rumah, masak, cuci, mengurus dan mendidik anak, dan lainnya?
Jawaban yang biasa diucapkan adalah istri. Istrilah yang seolah bertanggung jawab atas semua urusan rumah tangga. Padahal, kalau semua itu dilakukan setiap hari, dua puluh empat jam rasanya tidak cukup.
Terlebih lagi jika tidak ada asisten atau pembantu rumah tangga. Maka, istri akan pontang-panting. Jangankan urusan rumah tangga secara fisik saja, ngurus anak-anak saja harus dua puluh empat jam. Alias, tidak ada jam off-nya.
Karena itu, suami harus menyadari bahwa tanggung jawab rumah tangga adalah ada di pundaknya. Sementara istri hanya membantu. Bukan sebaliknya.
Bukankah suami sudah bertanggung jawab dalam nafkah? Suami bertanggung jawab di semua urusan keluarga. Karena dia adalah penanggung jawabnya. Sekali lagi, istri hanya asisten.
Jika keuangan memadai, suami bertanggung jawab menyediakan pembantu rumah tangga. Istri nantinya akan lebih fokus merawat dan mendidik anak-anak. Terutama yang masih balita.
Jika anak-anak sudah mulai remaja, maka peran suami lebih dominan dari istri. Terutama tentang pendidikan anak-anak itu.
Di banyak negara muslim seperti Pakistan, Mesir, Jazirah Arab; yang biasa belanja ke pasar adalah para suami. Bukan istri. Istri hanya bertugas memasaknya.
Bahkan, tidak sedikit negara-negara muslim yang biasa memasak juga suami. Lalu istri tugasnya apa? Sekali lagi merawat dan mendidik anak-anak yang masih kecil. Termasuk menyusui mereka.
Bagaimana dengan mencuci baju, cuci piring, bersih-bersih perabot rumah, dan lainnya; lagi-lagi itu tanggung jawab suami. Kalau ia tidak mampu menggaji pembantu, dialah yang sepatutnya menangani.
Tentu dalam prakteknya, tidak sesaklek itu. Sangat boleh istri juga membantu tugas-tugas itu. Suami istri bisa membagi tugas sesuai kemampuan.
Yang jelas, urusan rumah tangga tidak semuanya harus istri. Karena tugas utamanya adalah pelayanan terhadap suami dan anak-anak. Di dua subjek itu, istri harus benar-benar prima. Bukan dengan tenaga sisa. [Mh/bersambung]