ChanelMuslim.com- Musibah yang terjadi di Gunung Semeru Kabupaten Lumajang Jawa Timur, menampakkan pemandangan lain. Memang ada suasana gotong royong, tapi ada juga yang memanfaatkan sebagai momen politik.
Para elit bangsa ini kadang belum memperlihatkan kedewasaannya. Alih-alih menjadi contoh teladan bagaimana mestinya bersikap di tengah bencana, justru menjadi cibiran warga. Hal ini karena sebagian elit memanfaatkan “tanah bencana” sebagai ajang meraih popularitas.
Popularitas yang dimaksud adalah pencitraan untuk ajang capres 2024, atau ajang politik lokal lain yang juga masih di seputar pencitraan.
Ada sejumlah baliho tokoh di sana yang terpampang di jalan-jalan menuju lokasi bencana. Ada tokoh yang berkunjung, tapi sesi foto dan pengambilan gambarnya lebih besar daripada turun tangan membantu warga.
Pemandangan ini bisa dibilang tidak pantas. Hal ini karena lingkungan di Semeru saat ini sebagai tanah duka. Bukan ajang mencari popularitas, meskipun di sana sedang banyak kamera.
Kedua, fenomena ini juga menunjukkan miskinnya empati para elit terhadap korban bencana. Kalau dalam lingkungan kongkrit di Semeru saja, mereka kurang mampu berempati, apalagi dengan rakyat di pelosok negeri.
Boleh jadi, sudah saatnya bangsa ini mulai menggeser variabel utama siapa yang pantas menjadi calon pemimpin negeri. Bukan lagi pada elektabilitas dan popularitas. Melainkan pada kapasitas dan empati kepada rakyat.
Cukup sudah bangsa ini beberapa kali “dimanipulasi” dengan elektabilitas dan pencitraan sosok tertentu. Untuk selanjutnya, hal-hal ini disudahi dan ditinggalkan.
Di tengah tingginya tingkat kompetisi dunia saat ini, negeri ini sangat membutuhkan sosok pemimpin yang benar-benar berkualitas. Bukan sekadar mentereng di baliho dan hasil survei yang tidak jelas. [Mh]