ChanelMuslim.com – “Assalamualaikum, eh ada anak papah, ada apa nih? Kok Farah mukanya seneng banget? Tumben-tumbennya nih nyambut mamah papah begini” goda papa sambil mengelus kepadaku.
Aku hanya tersenyum tersipu malu dan menyalami dan mencium punggung tangan mereka berdua.
Sambil menunggu mamah papah bersih-bersih diri, aku menghidupkan kamera dan mengaturnya agar kita semua bisa masuk frame. Beberapa menit kemudia mamah papah tiba di meja makan.
Makan malam berjalan seperti biasa, sehabis makan malam selalu diisi dengan berbincang ringan tentang hari ini.
Baca Juga: Sepertiga Jalan (4)
Sepertiga Jalan (Bag.5)
Di tengah percakapan aku mengambil alih topik, “mah pah, Fara punya kabar bahagia”
“Waah apatuh sayang?” sahut mamah penasaran.
“hmm… Fara lulus mah, pah” ucapku tanggung.
“hmm… lulus apa nak?” sahut papah.
“Aku lulus di SMAN 1 Jakarta, sekolah impianku”
Aku tak bisa melihat wajahku sendiri, tapi aku pastikan mukaku sangat sumringah dan terlihat bahagia sekali saat ini.
Namun, tak nampak raut muka yang sama di wajah mamah dan papah. Aku sedikit bingung.
“Kok, mamah papah diam sajah? Aku lulus mah pah!” ucapku meyakinkan mereka.
Dengan tertunduk sambil memegang tanganku mamah mengangkat wajahnya perlahan.
“Sayang, maafin mamah ya, mamah bahagia kamu lulus, tapi mamah fikir kamu sudah tak tertarik sama SMAN tersebut, kamu juga tidak memberi tahu jika kamu ingin mendaftar. Nah dari situ mamah merasa kamu mungkin harus masuk sekolah yang berbeda, sekolah yang akan mengobati trauma itu nak.
Kamu selalu menutup trauma itu dengan prestasi nak, mamah bahagia akan itu. Tapi mamah tau dan masih merasakan trauma yang melekat di hati kamu, sayang.
Kita perlu sembuhkan luka kamu, bukan malah menutupnya terus menerus. Kamu terlalu terobsesi akan pelajaran duniawi, namun sebenarnya kamu tidak tahu juga akan dibawa kemana ilmu tersebut.
Apakah kamu belajar untuk mengejar ridho-Nya? atau hanya untuk membalas dendam dari luka tersebut? Sayang.. mamah hanya akan membantu kamu menyembuhkan luka dan menemukan jawaban atau pertanyaan yang sebenarnya selalu kamu tanyakan dalam hati.
Maka dari itu mamah dan papah hendak memasukkan kamu ke sebuah boarding atau biasa disebut sekolah asrama, mamah sudah mendaftarkan kamu atas persetujuan dan diskusi panjang mamah dan papah. Tolong ya.. ”
Belum selesai perkataan mamah aku segera meninggalkan meja makan dan mengunci diri di dalam kamar. [Ln]
Bersambung…
Ditulis oleh Rajwa Aida, santri kelas 2 SMA Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)