ChanelMuslim.com- Potensi bangsa yang terbelah pasca Pilpres 2019 ternyata tidak usai meski Prabowo masuk kabinet. Hal ini boleh jadi karena masih adanya pihak-pihak penguasa yang gagal paham tentang jatidiri bangsa Indonesia.
Di negara mana pun di seluruh dunia, penguasa selalu sejalan dengan kelompok mayoritas bangsa. Amerika dan Inggris dengan protestannya, Italia dengan Katoliknya, Iran dengan Syiahnya, dan seterusnya.
Meskipun para penguasa yang memerintah tidak berasal dari kelompok itu, mereka sepenuhnya mengakomodir kepentingan mayoritas dan menyatu dengan mereka. Karena dengan begitulah keakraban antara sesama anak bangsa terjalin kuat.
Jadi, bisa dianalisis kenapa tiba-tiba keakraban di negeri ini menjadi kering kerontang. Hal ini karena penguasa seolah berhadap-hadapan dengan mayoritas bangsa ini, yaitu umat Islam.
Stigma tentang radikal dan teroris di kalangan umat Islam masih tetap dimainkan padahal isu itu sudah tidak lagi menjadi “jualan” Amerika dan Barat. “Berdamai”nya Amerika dengan penguasa Thaliban di Afghanistan setidaknya bisa menandakan fenomena itu.
Hal ini karena Amerika dan Barat sudah punya musuh baru yang jauh lebih mengancam mereka. Yaitu, kekuatan China.
Di tengah krisis ekonomi nasional dan ketidakjelasan permainan proksi dunia terhadap Indonesia, soliditas bangsa mestinya menjadi andalan kekuatan nasional. Bukan justru sebaliknya. Umat Islam di negeri ini seolah menjadi bulan-bulanan penguasanya.
Inilah keanehan, kalau tidak mau disebut kebodohan yang terus-menerus terjadi. Padahal, perang besar antara dua raksasa dunia berpotensi terjadi di “halaman” rumah kita: Laut Cina Selatan.
Bangsa ini harus melakukan konsolidasi. Pandang tentang kesamaannya, bukan perbedaannya. Sudahi dendam kesumat yang merongrong akal sehat bangsa.
Suatu saat, siapa pun sang penguasa, akan sangat membutuhkan dukungan rakyat dan bangsanya. Jangan sampai saat itu terjadi, bangsa sudah seperti akan terbelah. [Mh]