ChanelMuslim.com – Akhir Cerita Salman Al-Farisi Mencari Kebenaran (5)
Aku kembali pulang, tetapi pagi-pagi keesokan harinya aku kembali menemui Rasulullah sambil membawa makanan, kataku kepadanya: “Kulihat tuan tak hendak makan sedekah, tetapi aku mempunyai sesuatu yang ingin kuserahkan kepada tuan sebagai hadiah,” lalu kutaruh makanan di hadapannya. Maka sabdahnya kepada shahabatnya:
Makanlah dengan menyebut nama Allah
Dan beliaupun turun makan bersama mereka, “Demi Allah”, kataku dalam hati, “Inilah tanda yang kedua, bahwa ia bersedia menerima hadiah.”
Baca Juga: Cerita Salman Al-Farisi Mencari Kebenaran (4)
Akhir Cerita Salman Al-Farisi Mencari Kebenaran (5)
Aku kembali pulang dan tinggal di tempatku beberapa lama. Kemudian kupergi mencari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan ku temui beliau di Baqi’, sedang mengirimkan jenazah dan dikelilingi oleh shahabat-shahabatnya.
Ia memakai dua lembar kain lebar, yang satu dipakainya untuk sarung dan yang satu lagi sebagai baju.
Kuucapkan salah kepadanya dan kutolehkan pandangan hendak melihatnya. Rupanya ia mengerti akan maksudku, maka disingkapkannya kain burdah dari lehernya hingga nampak pada pundaknya tanda yang kucari, yaitu cap kenabian seperti yang disebutkan oleh pendeta dulu.
Melihat itu aku meratap dan menciumnya sambil menangis. Lalu aku dipanggil menghadap oleh Rasulullah. Aku duduk di hadapannya, lalu kuceritakan kisahku kepadanya seperti yang telah kuceritakan tadi.
Kemudian aku masuk Islam, dan perbudakan menjadi penghalang bagiku untuk menyertai perang Badar dan Uhud. Lalu pada suatu hari Rasulullah menitahkan padaku:
“Mintalah pada majikanmu agar ia bersedia membebaskanmu dengan menerima uang tebusan”
Maka kumintalah kepada majikanku sebagaimana dititahkan Rasulullah, sementara Rasulullah menyuruh para shahabat untuk membantuku dalam soal keuangan.
Demikian aku dimerdekakan oleh Allah, dan hidup sebagai seorang Muslim yang bebas merdeka, serta mengambil bagian bersama Rasulullah dalam perang Khandaq dan peperangan lainnya.
Dengan kalimat-kalimat yang jelas dan manis, Salman menceritakan kepada kita usaha keras dan perjuangan besar serta mulia untuk mencari hakikat keagamaan, yang akhirnya dapat sampai kepada Allah ta’ala dan membekas sebagai jalan hidup yang harus ditempuhnya.
Corak manusia ulung manakah orang ini? dan keunggulan besar manakah yang mendesak jiwanya yang agung dan melecut kemauannya yang keras untuk mengatasi segala kesulitan dan membuatnya mungkin barang yang kelihatan mustahil?
Kehausan dan kegandrungan terhadap kebenaran menakah yang telah menyebabkan pemilikinya rela meninggalkan kampung halaman berikut harta benda yang belum dikenal – dengan segala halangan dan beban penderitaan- pindah dari satu daerah ke daerah lain.
Dari satu negeri ke negeri yang lain, tak kenal letih dan lelah, disamping tak lupa beribadah secara tekun?
Sementara pandangannya yang tajam selalu mengawasi manusia, menyelidiki kehidupan dan aliran mereka yang berbeda, sedang tujuannya yang utama tak pernah beranjak dari semula, yang tiada lain hanya mencari kebenaran. Begitupun pengorbanan mulia yang dibaktikannya demi mencapai hidayah Allah, sampai ia diperjual belikan sebagai budak belian.
Dan akhirnya diberi Allah ganjaran setimpal hingga dipertemukan dengan al-Haq dan dipersuakan dengan Rasul-Nya, lalu dikaruniai usia lanjut, hingga ia dapat menyaksikan dengan kedua matanya bagaimana panji-panji Allah berkibaran di seluruh pelosok dunia.
Sementara umat Islam mengisi ruangan dan sudut-sudutnya dengan hidayah dan petunjuk Allah, dengan kemakmuran dan keadilan.
Sumber: Karakteristik Perihidup Enam Puluh Shahabat Rasulullah, Oleh: Khalid Muh. Khalid