ChanelMuslim.com – Pemuda identik dengan semangat. Namun pemuda juga berada di antara dua kelemahan, yaitu kelemahan masa kanak-kanak dan kelemahan masa tua. Orang-orang yang memahami hakikat usia muda, mereka tidak ingin kehilangan masa emas ini.
Pemuda Produktif
Sejarah mencatat produktivitas pemuda pada zamannya. Guru Bangsa HOS Tjokroaminoto (1882-1934) mendirikan organisasi pergerakan Islam pertama yakni Sarikat Islam (SI) tahun 1912.
Saat itu, usia Tjokroaminoto 30 tahun, terkenal dengan ungkapannya, “Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat.”
Menggambarkan suasana perjuangan Indonesia pada masa itu memerlukan tiga kemampuan pada diri seorang pejuang kemerdekaan. Kemampuan tersebut yaitu ilmu, agama, dan kemampuan berpolitik.
Baca juga: Menyiapkan Anak Laki-Laki Menjadi Suami dan Ayah
Dari tangan dingin sosok Pahlawan Nasional ini lahir para pemikir dan pemimpin pergerakan. Salah satu muridnya adalah Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia.
H. Agus Salim (1884-1954). Beliau menguasai 7 bahasa asing, yaitu Belanda, Inggris, Jerman, Perancis, Arab, Turki, dan Jepang. Usia 22 tahun (1906), beliau berangkat ke Saudi, bekerja di Kedubes Belanda di Jeddah.
Di sini H. Agus Salim mendalami agama pada Syaikh Ahmad Khatib. Usia 31 tahun (1915) bergabung dengan SI, menjadi pemimpin SI setelah HOS Tjokroaminoto. Mereka berdua terkenal dengan sebutan ‘Dwi Tunggal’ SI.
Mereka adalah pemikir, konseptor, leader, penggerak, dicintai kawan, dikagumi rakyat, dan disegani oleh lawan.
H. Agus Salim 37 tahun (1915) menjadi anggota ‘Volksraad’ Hindia Belanda. Allah memberi kesempatan pada beliau di usia 61 tahun terlibat sebagai anggota Panitia Sembilan Dalam Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) yang mempersiapkan UUD 1945.
Beliaulah yang ikut menyusun naskah pembukaan UUD NRI 1945. Rentang masa 1946-1950 H. Agus Salim laksana bintang cemerlang dalam pergolakan politik Indonesia. Sehingga sering diberi gelar ‘Orangtua Besar’ (The Grand Old Man).
Masih banyak kisah pemuda inspiratif. Nama mereka ditulis oleh tinta emas sejarah oleh sebab waktu yang mereka habiskan di usia muda. Mereka semua bergerak, menghalau kemalasan.
Bahkan istirahatnya bagian dari aktivitas pergerakan. Sebab kalau tidak bergerak, seperti air yang ditulis Imam Syafi’i dalam syairnya.
*Sumber : buku & Wikipedia
Catatan Ustazah Wirianingsih di akun Instagramnya @wiwirianingsih pada Sabtu, 30 Oktober 2021.
[Wnd]