ChanelMuslim.com – Artikel ini kelajutan dari Kisah Masuk Islamnya Zaid Al-Khair
Sedangkan Zur bin Sadur, begitu ia hampir saja melihat Rasulullah yang sedang berada dalam posisinya yang amat bagus dan menyentuh setiap hati yang beriman dan terlihat oleh mata yang jatuh cinta.
Hampis saja ia beriman, hingga kedengkian merasuki hatinya dan meras takut memenuhi sanubarinya. Ia lalu berkata kepada orang-orang yang ada di sekelilingnya,
“Aku kini melihat seorang manusia yang akan menundukkan leher semua bangsa Arab. Demi Allah, aku tidak akan pernah membiarkan dia menundukkan leherku!” Lalu ia berangkat ke negeri Syam, mencukup rambutnya, dan masuk ke dalam agama Nasrani.
Sedangkan Zaid bin Al-Khail dan yang lainnya, lain lagi ceritanya. Begitu Rasulullah mengakhiri khotbahnya, ia langsung berdiri di antara kumpulan Muslimin. Dia adalah orang yang paling tampan, berakhlak baik dan paling tinggi sehingga meski ia berada di atas kuda, maka kakinya akan menyentuh tanah seolah ia hanya mengendari seekor keledai saja.
Kisah Masuk Islamnya Zaid Al-Khair (2)
Ia berdiri denga postur yang tegap dan berbicara dengan suara lantang, “Ya Muhammad, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa engkau adalah utusan Allah!”
Rasulullah pun membalas dengan pertanyaan, “Siapa engkau?” Ia menjawab, “Saya adalah Zaid Al-Khail bin Muhalhil.” Rasul langsung bersabdah, “Engkau adalah Zaid Al-Khair bukan. Segala puji bagi Allah yang telah membawamu dari perjalanan yang menyusui pantai dan pegunungan, dan yang telah membuat hatimu luluh menerima Islam.”
Sejak Saat itu ia dikenal dengan Zaid Al-Khair dimana sebelumnyai memiliki nama asli Zaid Al-Khail.
Kemudia ia mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaiku wa sallam ke rumah beliau disertai dengan Umar bin Khattab dan beberapa orang sahabat lainnya. Begitu sampai di rumah beliau, Rasul membentangkan bangku sandaran untuk Zaid.
Zaid merasa segan dan menolak bangku sandaran tersebut. Rasul terus saja mempersilahkannya dan Zaid masih saja menolak sebanyak tiga kali.
Setelah lama majelis tersebut berlangsung, Rasulullah Shallallahu ‘alaiku wa sallam berkata kepada Zaid al-Khair. “Ya Zaid, tidak ada orang yang diceritakan kepadaku kemudian aku melihatnya kecuali ia tidak sesuai dengan apa yang diceritapakan kepadaku kecuali kamu.”
Lalu Rasul bertanya kepada Zaid, “Bagaimana engkau bisa demikian, Ya Zaid?” Zaid menjawab, “Aku selalu mencintai kebaikan orang yang melaksanakannya. Jika aku mengerti akan kebaikan, maka aku akan meyakini pahalanya. Jika kau tidak sempat melakukan kebaikan, maka aku akan merindukannya.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaiku wa sallam lalu bersabdah, “Inilah tanda Allah bagi siapa saja yang Dia inginkan.” Zaid lalu berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan aku sesuai dengan kehendak-Nya dan kehendak Rasul-Nya.”