Chanelmuslim.com- Kontroversi pidato Ahok yang menyebut masyarakat dibohongi dengan Surah Al-Maidah ayat 51 kian memanas. Selain membuat petisi yang ditandatangani ribuan orang, sejumlah kalangan mendaftarkan gugatan atas tuduhan penistaan agama.
Sejatinya, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama menyampaikan pidatonya sebagai Gubernur di Kepulauan Seribu pada Rabu (28/9) lalu.Pidato tersebut berisi paparan program kerja Ahok di kepulauan paling utara DKI Jakarta ini.
Namun, pada menit keduapuluhan, Ahok menyinggung soal suasana Pilkada DKI. Dalam menit itu Ahok, diantaranya, menyampaikan, “…Jadi, nggak usah pikiran, ‘Ah, nanti kalau nggak kepilih, pasti Ahok programnya bubar.’ Nggak, saya sampai Oktober 2017. Jadi jangan percaya sama orang, kan bisa aja dalam hati kecil bapak ibu nggak bisa pilih saya, ya kan? Dibohongin pakai Surat Al-Maidah 51, macem-macem itu. Itu hak bapak ibu. Jadi, bapak ibu perasaan nggak bisa pilih nih, karena saya takut masuk neraka, dibodohin gitu ya. Nggak apa-apa, karena ini panggilan bapak ibu. Program ini jalan saja…”
Di paragraf itulah, para netizen menganggap Ahok sudah melakukan penistaan agama. Bahkan, penyebaran komentar dari pidato itu sudah bias menjadi: Ahok mengajak masyarakat jangan mau dibohongin Surat Al-Maidah ayat 51.
Menanggapi ini, Ahok mengajak publik untuk mencermati pidatonya secara keseluruhan. Menurutnya, tidak ada maksud untuk melakukan penistaan terhadap Alquran.
Dalam kesempatan lain, Ahok juga pernah menyampaikan pendapatnya soal serangan dari pihak lawan dengan Surah Al-Maidah ayat 51 ini. Menurutnya, masyarakat Jakarta saya yakin cerdas menilai hal itu. Karena, masih menurut Ahok, waktu ayat itu turun, pemilihan seperti ini kan belum ada.
Dalam penjelasan di momen yang berbeda itu, Ahok seperti ingin menafsirkan isi dari Surah Almaidah itu. Sepertinya ia ingin menyampaikan, tidak tepat menjegal non muslim menjadi kepala daerah dengan dalil surah itu.
Surat Al-Maidah ayat 51 berbunyi, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai walimu, mereka satu sama lain saling melindungi. Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka sebagai wali, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zhalim.”
Tafsir Surah Al-Maidah 51
Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, dengan gaya khasnya, sepertinya ingin mengajak warga Jakarta untuk tidak terjebak SARA. Bahkan, ia menyebut adanya orang-orang tertentu yang rasis dan menggunakan ayat itu untuk menjegal dirinya.
Sayangnya, Ahok belum membaca lebih dalam lagi tentang tafsir surah Almaidah itu. Salah satunya seperti yang ditafsirkan ulama tafsir klasik seperti Abul Fida, Ibnu Katsir.
Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir mengisahkan satu riwayat dari Abu Musa Al-Asy’ari saat beliau sebagai staf Kekhalifahan Umar bin Khaththab. Kala itu, Abu Musa mempekerjakan seorang staf yang pandai dalam administrasi. Tapi, ia beragama nasrani.
Singkat kata, Umar akhirnya tahu kalau ada staf Abu Musa yang non muslim. Umar pun langsung menegur Abu Musa sambil menepuk paha beliau dengan cukup keras.
“Kenapa kamu jadikan dia sebagai pegawai di sini?” tanya Umar.
Abu Musa menjawab kalau stafnya itu mempunyai kepandaian dalam soal administrasi dan belum ada umat Islam yang mempunyai kepandaian seperti dia.
Umar pun mengatakan, “Pecat dia, belumkah kalian memahami Surah Al-Maidah ayat 51!”
Ahok dan Surah Almaidah 51
Secara politik, siapa pun, termasuk Ahok, bisa berkomentar apa saja tentang fenomena politik yang berkembang. Terlebih, di saat suasana panasnya Pilkada DKI Jakarta seperti sekarang ini.
Namun, siapa pun pula mestinya berhati-hati ketika memasuki wilayah agama, termasuk maksud firman Allah dalam Almaidah 51.
Mestinya, Ahok sudah bisa belajar dari para tokoh Islam, baik di NU, Muhammadiyah, dan di ormas lain. Cermati, mereka bukan tidak paham tentang maksud ayat tersebut. Namun, mereka khawatir bisa disalahartikan di situasi dan kondisi yang sensitif seperti saat ini.
Sehingga, tak seorang pun dari para tokoh di ormas-ormas besar Islam itu yang terkesan gegabah menyebut apalagi menafsirkan secara sepintas apalagi subjektif.
Silakan salahkan mereka yang dianggap rasis, membohongi umat dengan menggunakan ayat. Namun, sebaiknya berhati-hati memberi penafsiran terhadap maksud ayat Alquran tersebut. Terlebih lagi terkesan ingin meluruskan dengan tanpa ilmu yang memadai.
Tepat sekali apa yang disampaikan Rasulullah saw. dalam sebuah hadis. “Berkatalah yang baik, atau diam!” (mh/foto: )