ChanelMuslim.com – Episode Lelaki Subuh ini merupakan kelanjutan cerita mengenai seorang muslim di Jerman yang istiqomah dalam keimanan dan ibadahnya.
“Trus, kerjaan aneh apalagi yang dia lakuin selain itu dek?” tanyaku untuk mengetahui kebaikan tersembunyi apalagi yang bisa aku gali dan berharap bisa belajar banyak darinya.
Adikku tersenyum misterius dan menggeleng-gelengkan kepalanya perlahan.
“Kalau aku ceritain ke Mba, Mba pasti bilang aku sedang membual,” jawab adikku sekenanya.
“Ya nggak lah, Insya Allah Mba percaya kok. Lagian kan gak ada untungnya juga buat kamu kalau kamu bohong,” jawabku berusaha meyakinkannya.
“Pernah suatu hari, secara tidak sengaja dia menggunakan wireless internet connection yang tidak di-password sama yang punya. Setelah selesai memakainya, dia baru tersadar, kalau itu sebenarnya adalah bukan haknya. Mba tau, apa yang kemudian dia lakukan?” Tanya Adikku seraya menatapku dalam.
Baca Juga: Episode Lelaki Subuh (Bag. 1)
Aku hanya diam dan menggelengkan kepala.
“Dia berusaha mencari sang empunya wireless internet connection itu. Dia datangi rumahnya, dengan tujuan supaya sang pemilik menghalalkan internet connection yang telah dipakainya karena kekhilafannya,” papar Adikku.
Aku hanya melongo mendengarkan penuturan Adikku.
“Dan, apa dia ketemu dengan sang empunya?” tanyaku penasaran.
“Sayangnya tidak. Tetapi dia mendatangi rumah tersebut hingga tiga kali untuk menyempurnakan ikhtiarnya.” Lanjut adikku lagi seraya menghela nafas.
“Kok seperti kisah ayah Imam Hanafi yang minta dihalalkan sang empunya apel, karena telah memakan buah apelnya secara tidak sengaja ya dek?” komentarku spontan.
“Benar. Aku juga memikirkan hal yang sama dengan yang Mba pikirkan. Itulah dia temanku itu. Dia begitu Hanif. Refleksi dari kesholehannya itu kadang-kadang membuat aku iri.
Dan terkadang sesuatu yang unpredictable bagiku, tidak bisa kuduga. Aku benar-benar bersyukur kepada Allah yang telah mempertemukan aku dengan orang seperti dia, sehingga banyak yang telah aku pelajari dari dia.
Cara dia beribadah dan menjaga diri dari sesuatu yang tidak halal baginya. Cara dia menjaga diri dan menjaga pandangan.
Serta llisannya yang selalu menyebut nama Allah dalam setiap pembicaraannya, menunjukkan betapa dia begitu mencintai Rabbnya. Dia adalah sahabatku, saudaraku.
Baca Juga: Episode Lelaki Subuh (Bag. 2)
Episode Lelaki Subuh (Bag. 3-Tamat)
Bagiku ia adalah sosok seorang pemuda sholeh yang tidak dikenal, ahli ibadah yang tersembunyi di ujung Jerman.” Adikku berkata syahdu dengan segenap perasaan sendu yang tidak kumengerti.
Setelah mendengar cerita Adikku itu, lama aku merenung, mencoba memahami hikmah dan pelajaran yang Allah sampaikan kepadaku. Teringat akan salah satu artikel yang pernah aku baca di majalah Tarbawi edisi 133.
Ketika Allah kagum pada seorang penggembala. Dengan apa? Bila tiba waktunya untuk sholat, di padang lapang itu, ia berdiri mengumandangkan adzan. Sendirian. Lalu sholat. Sendirian.
’’Sesungguhnya Tuhanmu kagum kepada seorang pengembala kambing’’. Begitu Rasulullah menjelaskan. Istimewa? Ini baru istimewa. Ya bahkan sangat istimewa.
Seperti diriwayatkan Abu Dawud dan Nasa’i, setelah pengembala itu melakukan shalat, Allah Subhanahu wa taala berfirman: ’
’Lihatlah hamba-Ku ini, ia adzan, lalu mendirikan sholat. Ia takut kepada-Ku. Aku telah mengampuninya, dan aku masukkan ia ke surga.’’
Subhanallah. Di zaman yang penuh fitnah, masih ada pemuda-pemuda yang tetap taat beribadah kepada Allah. Pada zaman ketika kebaikan dan keburukan menjadi begitu tak jelas maknanya.
Pada tempat di mana segala kemaksiatan begitu bebas terbuka untuk dilakukan oleh siapa saja, bagiku, keberadaan mereka benar-benar luar biasa. Bak oase di gersangnya sahara. Menyejukkan.
Di penghujung senja, dalam sejuta kecamuk di dadaku. Berbaur bangga, cemburu dan bahagia, kutitip doa pada malaikat yang bertugas hari itu.
Semoga Allah selalu berikan kekuatan istiqomah kepadamu, brother. Tetaplah menjadi lelaki subuh. Tetaplah kumandangkan adzan hingga getar cinta dalam syahdunya suaramu menggetarkan kerajaan langit dan segenap penduduknya.
Tetaplah teguh dalam kesholehanmu. Dalam kesendirianmu. Tetaplah menjadi pemuda yang tidak dikenal oleh segenap penduduk bumi, tapi selalu menjadi pembicaraan di seluruh penjuru langit yang tinggi, karena kesholehanmu, karena kecintaamu kepada Allah Subhanahu wa taala.[saad/ind]
Mainz,
winter season
for my lovely little brother and his friend