Chanelmuslim.com – Bercerita menempati posisi penting dalam pendidikan Islam. Dengan bercerita, kita akan banyak mendapatkan informasi baru. Salah satu tokoh Islam yang menempatkan porsi bercerita dalam mendidik anak adalah Muhammad Quthb. Menurutnya, cerita mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan.
Dalam penelitiannya di Fakultas Syariah IAIN Walisongo, berjudul Metode Cerita Menurut Muhammad Quthb dan Aktualisasinya Dalam Pendidikan: Telaah kitab Manhaju at-Tarbiyah al-Islamiyah, Nabhaturrosyikhah menjelaskan, Islam menjadikan sifat alamiah manusia untuk senang terhadap cerita dan menyadari pengaruhnya yang besar terhadap perasaan.
Oleh karena itu, menurut Muhammad Quthb, Islam menggunakan metode cerita itu untuk dijadikan sebagai salah satu teknik pendidikan.
Selanjutnya Muhammad Quthb menyatakan, pendidikan melalui cerita-cerita dapat membentuk orang-orang untuk berjiwa seni dan berperasaan sensitif.
Selain itu, bercerita dapat membuat mereka mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa hingga dapat melihat kebenaran dan terhindar dari kesesatan.
Lebih lanjut Muhammad Quthb menjelaskan, pembaca atau pendengar sebuah cerita tidak dapat tidak bersikap kerja sama dengan jalan cerita dan orang-orang yang terdapat di dalamnya.
Sadar atau tidak, ia telah menggiring dirinya untuk mengikuti jalan cerita, mengkhayalkan bahwa ia berada dipihak ini dan itu, dan sudah menimbang-nimbang posisinya dengan posisi tokoh cerita, yang mengakibatkan ia senang, benci atau merasa kagum.
Dalam menyampaikan sebuah cerita kepada anak didik, hendaknya memilih jenis cerita yang sesuai dengan kondisi mereka. Dalam hal ini, Muhammad Quthb menawarkan berbagai jenis cerita yang dapat disampaikan kepada anak di antaranya:
Pertama, cerita sejarah faktual yang menonjolkan tempat, orang, dan peristiwa tertentu misalnya cerita tentang nabi dan orang-orang yang mengingkarinya serta segala hal yang mereka alami akibat pengingkaran itu. Cerita itu menyebut nama-nama pelaku, tempat-tempat kejadian dan peristiwa-peristiwanya secara jelas.
Kedua, cerita faktual yang menampilkan suatu contoh kehidupan manusia yang dimaksudkan agar kehidupan manusia itu bisa seperti pelaku yang ditampilkan oleh contoh tersebut. Misalnya cerita anak Adam as yaitu, Qabil dan Habil.
Ketiga, cerita drama yang melukiskan fakta yang sebenarnya tetapi bisa diterapkan kapan dan saat apapun. Misalnya cerita tentang dua orang lelaki dan kebun milik keduanya.
Sehubungan dengan hal di atas, Muhammad Quthb menegaskan kepada pendidik, untuk tidak menyampaikan cerita yang penuh ilusi.
Cerita seperti ini jelas akan membahayakan pertumbuhan anak. Padahal, banyak sekali peristiwa-peristiwa di sekitar kita yang bisa dijadikan sebagai pengganti kisah-kisah yang tidak ada dalam kenyataan.
Dengan kisah nyata itu, pendidikan bahkan dapat menumbuhkan dalam diri sang anak didik norma-norma akhlak secara jujur.
Karena kejujuran itu sendiri merupakan tonggak akhlak yang mendasari bangunan pribadi yang benar bagi anak-anak. Sebaliknya, sifat pembohong merupakan kunci segala perbuatan jahat.
Maka dari itu anak-anak harus dijaga jangan sampai melakukannya dengan menyampaikan cerita-cerita fakta yang benar-benar terjadi.
Menurut Muhammad Quthb, Al-Qur’an sebagai salah satu sumber ajaran Islam telah menggunakan metode cerita untuk mendidik umatnya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Muhammad Quthb, “Al-Qur’an mempergunakan cerita untuk seluruh jenis pendidikan dan pengarahan yang dicakup oleh semua metode pendidikannya, yaitu untuk pendidikan mental, pendidikan akal dan pendidikan jasmani.”
Jadi, dari sini dapat dipahami bahwa metode cerita merupakan metode pendidikan yang lengkap dan menyeluruh untuk semua jenis pendidikan, yaitu pendidikan mental, pendidikan akal dan pendidikan jasmani – dalam bahasa sekarang ini dikenal dengan istilah kognitif, afektif dan psikomotorik – yaitu melalui teladan dan nasehat yang terdapat di dalamnya. [pz]