“Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel.”
Demikian kata-kata sang proklamator yang juga Presiden RI Pertama, Soekarno, dalam mendukung terwujudnya kemerdekaan Palestina. Berpedoman dari azas persamaan dan keadilan, Soekarno dengan lantang menghadapi negara-negara imperialis. Israel dan Amerika pun dibikin ciut oleh gertakan sang presiden.
Dukungan terhadap Palestina pernah ditunjukanSoekarno lewat pidato kenegaraannya. Saat itu Soekarno yang keluar dari PBB juga marah terhadap Israel dan beberapa negara lain yang dianggap merampas kemerdekaan negara lain. “Israel itu secara legal tidak ada,” tegas Bung Karno.
Wujud lain dukungannya terhadap Palestina ditunjukannya dengan mengusir Israel dan Taiwan dari Asian Games tahun 1962 yang berlangsung di Jakarta. Alhasil, akibat keberanian Soekarno, Komite Olimpiade Internasional mengeluarkan Indonesia sebagai peserta di Olimpiade Tokyo.
Soekarno kemudian menjadi penggagas dibentuknya GANEFO (Games of the New Emerging Forces), pesta perhelatan olahraga bersama negara-negara berhaluan kiri lainnya. Namun pesta olahraga ini hanya berlangsung sekali akibat persoalan politik yang mengelilinginya.
Meski seorang nasionalis, Soekarno memang tidak melupakan penderitaan muslim Palestina. Ia juga memberikan perhatian khusus mendukung eksistensi Masjid Al Aqsha. Tahun 1965, Soekarno, kala itu melalui perantara menteri agama, KH Saifuddin Zuhri, turut membantu pemugaran Masjid Al Aqsha. Indonesia menyumbang $ 18.000 yang disampaikan kepada Menteri Urusan Waqaf Kerajaan Yordania, sebagaimana diceritakan KH. Saifuddin Zuhri dalam bukunya Guruku Orang-orang Pesantren.
Kini perjuangan Soekarno untuk mendukung kemerdekaan Palestina seyogyanya diteruskan oleh para pemimpin bangsa saat ini. Dengan memperjuangan kemerdekaan total bangsa Palestina dari penjajahan Israel. Solusinya, seperti kata sang proklamator, satu negara, Palestina. [pz]