ChanelMuslim.com- Tempat paling mulia di muka bumi ini masjid. Tempat paling berkah di bumi ini masjid. Tempat paling bersih di bumi ini masjid. Tapi, justru masjid pula sebagai tempat yang paling berat dikunjungi banyak orang.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, pernah meminta warganya untuk memuliakan masjid. Menurutnya, tinggikan menara masjidmu melampaui gedung-gedung tempat tinggalmu.
Kenapa? Hal itu karena masjid menjadi identitas warga. Menara yang menjulang, akan menjadi pusat perhatian tersendiri bagi siapa pun di situ. Bahwa warga di sini identik dengan nilai-nilai yang ada di masjid.
Yang disampaikan Erdogan pun diikuti warganya. Siapa pun yang berkunjung ke Turki, khususnya kota wisata dunia seperti Istanbul, akan mendapati menara-menara masjid dengan mudah. Meskipun begitu banyak gedung-gedung tinggi menjulang.
Menara itu berdiri tegak sangat tinggi melampaui gedung-gedung di sekitarnya. Seolah bermakna, wahai pengunjung, di sinilah tempat pertama yang harus kalian kunjungi.
Hanya soal menara saja? Silahkan kunjungi dan masuki masjid-masjid itu. Anda akan terperangah dengan penuhnya jamaah masjid, meskipun itu shalat jamaah Zuhur atau Ashar.
Recep Tayyip Erdogan yang berarti pemuda pemberani, baik dan mulia; benar-benar memahami sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau sangat memahami rahasia kesuksesan Nabi membangun peradaban baru Islam dari sebuah kota bernama Madinah.
Ketika tiba dari perjalanan hijrah, hal pertama yang dibangun Nabi di Madinah bukan rumah apalagi istana. Bukan benteng. Bukan sekolah. Tapi, masjid.
Dari masjidlah, Nabi membangun umat ini. Dari masjid, keimanan dimantapkan. Dari masjid, pendidikan dikembangkan. Dari masjid, ekonomi dibangun. Dari masjid pula, kekuatan militer dimantapkan.
Pewarisan masjid sebagai pusat strategis dakwah Islam terus berlangsung dari generasi ke generasi. Kemana pun kita pergi ke negeri muslim, masjid selalu menjadi pusat gerakan dan pembangunan.
Kini, tibalah di suatu generasi yang mungkin bisa disebut akhir zaman. Masjidnya begitu besar, megah, indah menawan. Tapi fungsinya begitu minim dengan pengunjung yang tidak begitu banyak.
Masjid pun memiliki jam buka tutup. Dibuka sekitar satu jam, termasuk menjelang dan sesudah shalat wajib. Kalau untuk lima kali shalat, praktis masjid hanya buka paling lama lima jam. Dan, sembilas jam sisanya masjid dalam keadaan tertutup.
Pengunjungnya pun jarang yang banyak. Biasanya, hanya shalat Magrib saja yang lebih banyak sedikit. Itu pun karena dihadiri anak-anak. Kecuali di hari Jumat, di mana pengunjung shalat Jumatnya masih banyak.
Bagaimana dengan shalat Subuhnya? Seorang pengurus DKM masjid di salah satu perumahan sangat elit di Jakarta pernah menjawab, “Paling banyak tujuh orang, Pak!”
Siapa saja tujuh orang itu? Satu imam tetap masjid yang memang tinggal di wisma yang disediakan masjid, tiga orang sekuriti, dan tiga orang petugas kebersihan.
Masjid seolah menjadi tempat yang paling berat untuk dikunjungi. Selalu saja, ada seribu satu alasan yang muncul di benak seseorang ketika azan memanggil.
Terlebih lagi di masa pandemi seperti saat ini. Bukan hanya segan, tapi juga karena takut. Takut akan tertular penyakit. Dan pihak-pihak berwenang pun menganjurkan agar jangan dulu ke masjid.
Ah, surga memang mahal. Tak sembarang orang bisa meraihnya. Meskipun, jalan ke arahnya sudah sangat dimudahkan. [Mh]