ChanelMuslim.com- Setiap manusia punya kesalahan. Dan sebaik-baik yang punya kesalahan adalah mereka yang bertaubat.
Manusia adalah makhluk yang suka lupa. Karena itulah Allah subhanahu wata’ala mengutus Nabi dan Rasul untuk mengingatkan dan mengingatkan. Selain tentu juga mengajarkan dan membimbing.
Awal mula keberadaan manusia pun karena lupa. Yaitu, lupanya Nabi Adam dengan peringatan Allah untuk tidak mendekati sebuah pohon di surga.
Dengan “insiden” itulah, Allah menurunkan Nabi Adam dan Ibunda Hawa ke bumi. Dan justru, dengan begitulah Allah menciptakan manusia dari generasi ke generasi.
Karena manusia yang pelupa itu pula, Allah subhanahu wata’ala menurunkan Al-Qur’an dengan kalimat yang berulang, dalam surah atau ayat berbeda. Hal ini agar manusia mendapatkan peringatan yang berkali-kali.
Para sahabat Nabi radhiyallahum ajmain kerap memulai sebuah peringtan kepada seseorang atau sekelompok orang dengan kalimat, ittaqullah! Takutlah kalian kepada Allah. Atau, bertakwalah kalian kepada Allah.
Hal ini dimaksudkan agar orang-orang beriman diingatkan dengan nilai tertinggi dalam derajat manusia, yaitu peringkat takwa.
Kalimat ini juga mengingatkan bahwa semua arah dari ibadah, amal soleh, dan lainnya yang dilakukan bermuara pada takwa. Takwa adalah nilai mutu seseorang di hadapan Allah subhanahu wata’ala.
Begitu pun dengan shalat kita, merupakan pengingat agar seorang mukmin kembali dan kembali. Itulah kenapa shalat berisikan amal dan ucapan yang berulang.
Setelah diingatkan, seorang mukmin akan menemui track asalnya yang sebelumnya melenceng: dekat atau pun jauh.
Dan ketika track itu kembali ditemukan, seorang mukmin akan tersadar dan mengucapkan istigfar. Kalimat istigfar, selain sebagai wujud permohonan ampun kepada Allah, juga sebagai saranan detoksifikasi hati dari racun-racun yang ditebarkan setan.
Kalimat istigfar keluar dari pengakuan paling dalam tentang berbagai kesalahan, disengaja atau tidak, disadari atau tidak.
Hal itu pula yang diucapkan Nabi Adam dan Ibunda Hawa ketika memohon ampun kepada Allah. Yaitu diawali dengan sebuah pengakuan. “Rabbana zhalamna anfusana.” Ya Rabb kami, kami telah menzhalimi diri kami.
Baru kemudian kalimat berikutnya, “Wainlam tagfir lana, watarhamnaa, lanakuunanna minal khasiriin.” Sekiranya Engkau tidak mengampuni kami, dan tidak menyayangi kami, maka kami akan menjadi orang-orang yang rugi.
Rugi karena terhalang dari rahmat Allah, atau terhalang dari cinta dan ridhaNya dalam hidup ini. Padahal, apalah arti dunia ini jika tanpa cinta dan ridha Allah subhanahu wata’ala.
Kalimat istigfar hanya akan sekadar hiasan lisan jika tanpa pengakuan paling dalam. Tidak berbekas dalam amal dan perilaku keseharian.
Pagi ini istigfar, siangnya berbuat dosa lagi. Siangnya istigfar, sorenya melakukan dosa lagi. Bahkan boleh jadi, sementara lisannya beristigfar tapi matanya bermaksiat.
Setiap kita memang punya salah. Dan sebaik-baik yang punya salah adalah mereka yang senantiasa bertaubat. [Mh]