ChanelMuslim.com – Mencintai-Mu diam-diam. Dikisahkan ada seorang penuntut ilmu di al-Azhar. Dia datang dari jauh hanya untuk menghadiri majelis ilmu yang diadakan oleh gurunya.
Ketika uang kiriman orangtuanya terlambat, ia tidak menghadiri majelis gurunya dengan harapan bisa mendapatkan sepotong roti yang bisa menguatkan badannya.
Ketika sedang berjalan-jalan, tanpa disadarinya dia masuk lorong kecil. Tiba-tiba ia melihat pintu terbuka. Ternyata itu adalah tempat penyimpanan makanan. Ia lalu mengulurkan tangannya ke arah makanan untuk mengambilnya.
Baca juga: Serial Kepahlawanan dalam Sejarah Islam
Saat ia akan memasukkan makanan ke dalam mulutnya, ia teringat datang ke kota Kairo untuk menuntut ilmu. Ilmu adalah cahaya. Memakan makanan milik orang lain tanpa izin dapat menyebabkan hati gelap.
Cahaya dan kegelapan tidak bisa berkumpul. Salah satu mesti terpental. Maka ia meninggalkan makanan itu, lalu menuju ke majelis pengajian gurunya sambil menahan perut yang lapar.
Seusai ngaji, Syaikh berkata kepada pemuda tersebut, “Apakah engkau ingin menikah?”
Pemuda, “Apakah saya siap? Demi Allah sudah 3 hari perut saya belum kemasukan makanan.”
Syaikh, “Tadi ada wanita datang kepadaku, suaminya baru meninggal dan ia memiliki putri yang cantik serta harta yang banyak. Ia menghendaki seorang pemuda yang saleh untuk dinikahkan dengan putrinya agar merawat harta bendanya.”
Pemuda, “Jika demikian saya siap.”
Kemudian terjadilah pernikahan di rumah wanita tersebut. Ketika pemuda tersebut dan teman-temannya disuguhi makanan, ia menangis. Syaikh berkata, “Kenapa kamu menangis? Apakah karena kamu merasa dipaksa oleh saya?”
Pemuda, “Saya baru saja masuk rumah ini untuk memakan makanan yang ada di hadapan kita ini. Tapi saya teringat bahwa hal itu haram, maka saya meninggalkannya karena Allah. Lalu Allah mengembalikannya kepada saya dengan yang lain dan dengan jalan yang halal.”
“Husnul Hasanat” Dr.Khalid Abu Syadi
Gambar Lokasi Perjanjian Hudaibiah, saksi sejarah cinta dan kesetiaan pengikut kepada pemimpin karena Allah.
“Mencintai apa yang dicintai kekasih itu merupakan kesempurnaan cinta seorang kekasih. Mencintai kekasih tidak akan sempurna kecuali ikut menanggung apa yang tidak disukai oleh kekasih.” (Ibnu Taimiyah)
Catatan Ustazah Wirianingsih di akun Instagramnya @wiwirianingsih pada Selasa, 6 April 2021.
[Wnd]