ChanelMuslim.com- Fenomena Thaliban memang menjadi sorotan dunia. Tapi, ada yang janggal dari yang dicermati sebagian petinggi negara mayoritas muslim seperti Indonesia. Sosok Thaliban seperti diidentikkan dengan sesuatu yang menyeramkan layaknya kaum teroris.
Fenomena Thaliban adalah hal biasa. Terutama dari sudut pandang penampilannya. Ini wajar karena Afghanistan memang menjadikan busana gamis dan sorban sebagai pakaian lokal. Tak ubahnya seperti batik di Indonesia, selendang sarung di Malaysia, atau levis di Amerika.
Begitu pun dengan aneka senjata yang mereka pegang. Wajar saja itu menjadi lumrah karena situasi kondisi di sana dalam suasana perang. Persis seperti para laskar atau pejuang Indonesia yang memegang bambu runcing saat awal-awal masa kemerdekaan.
Namun kenapa fenomena busana serba gamis dan sorban yang berpadu dengan aneka senjata laras panjang menjadi seperti stigma lain. Yaitu, fenomena sosok kaum teroris yang begitu menakutkan.
Sampai-sampai, ada lembaga tertentu yang mencurigai siapa saja yang memberikan simpati pada fenomena Thaliban ini. Seolah-olah, pihak yang simpati ini patut dicurigai sebagai simpatisan kaum teroris.
Apa yang salah dari fenomena Thaliban? Mereka tidak seperti kaum ekstrim Myanmar yang memburu dan membantai rakyat Rohingya. Mereka juga tidak seperti tentara Israel yang entengnya menembaki anak-anak Palestina. Mereka juga tidak seperti tentara Cina yang menyiksa bangsa Uighur di sana.
Apa karena busana gamis dan sorbannya? Kenapa hal ini dianggap masalah, padahal busana itu sesuatu yang biasa di kebanyakan negeri muslim, termasuk Indonesia. Lupakah kita bahwa sosok pahlawan Diponegoro dan Imam Bonjol juga mengenakan busana seperti itu.
Sosok pendiri dua ormas besar di negeri ini, Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah, juga mengenakan busana gamis dan sorban.
Mengidentikkan busana seperti yang dikenakan Thaliban sebagai sesuatu yang menakutkan tak ubahnya seperti menuduh para pahlawan dan founding fathers bangsa ini dengan hal yang sama.
Aneh bin ajaib kalau ada pihak-pihak yang ingin menjauhkan negeri-negeri muslim dari rakyat Indonesia. Pihak-pihak ini tentu tidak paham sejarah atau memang karena ada misi Islamophobia.
Karena negara-negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia bukan Amerika, Jepang, atau Eropa, karena merekalah penjajahnya. Bukan juga Cina atau Rusia.
Lima negara yang begitu berjasa bagi eksistensi Indonesia setelah deklarasi merdeka adalah Mesir, Suriah, Lebanon, Yaman, dan Arab Saudi. Semua negara itu biasa mengenakan busana seperti yang dikenakan Thaliban.
Atau, karena fenomena janggut-janggut mereka? Sinyalemen ini lebih naif lagi. Selain karena janggut merupakan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, di negara-negara Arab dan Afghanistan janggut merupakan ciri utama seorang pria.
Jadi, sudahi membangun narasi-narasi yang beraroma Islamophobia dalam fenomena Thaliban ini. Mereka tak ubahnya seperti kita di tahun 1945, yang beberapa hari lalu merdeka dari kekuasaan Amerika. [Mh]