ChanelMuslim.com- Seperti petir di siang bolong, Badan Pembina Ideologi Pancasila membuat heboh jagat maya. Pasalnya, melalui akun twitternya, BPIP mengumumkan lomba menulis artikel untuk para santri di momen Hari Santri. Judulnya, hormat bendera dan menyanyikan Indonesia Raya menurut hukum Islam.
Reaksi keras tidak hanya muncul di jagat maya. Sejumlah tokoh menyayangkan BPIP yang terkesan menyudutkan Islam dalam berbangsa dan bernegara.
Hal ini karena tema-tema tersebut sudah kadaluarsa dan tidak lagi dipikirkan umat Islam. Termasuk para santri di Indonesia. Kalau sudah tidak lagi dipermasalahkan, kenapa BPIP mengungkit-ungkit lagi.
Sekjen MUI, Dr. Anwar Abbas misalnya, bereaksi keras terhadap tema lomba oleh BPIP. Menurutnya, tema itu tidak kontekstual. Karena saat ini bangsa Indonesia tengah menghadapi krisis besar kesehatan dan ekonomi. Menurutnya, kenapa bukan dua tema itu yang diangkat?
Masih banyak tokoh nasional lain yang menyayangkan “kedangkalan” tema lomba BPIP itu. Bahkan, ada yang menilai bahwa BPIP dijangkiti Islamophobia akut.
Penilaian ini mestinya menjadi teguran keras buat BPIP. Jangan sampai umat Islam akhirnya menilai bahwa ada pihak-pihak yang ingin memisahkan Islam dan Indonesia dengan cara menyudutkan Islam dan menuduhnya sebagai agama yang menghambat NKRI.
Hal ini dinilai sangat aneh, kalau tidak mau disebut bodoh. Bagaimana mungkin lembaga yang mestinya menaungi persatuan bangsa justru seperti menyudutkan agama yang menjadi mayoritas di negeri ini.
Di negara mana pun, para penguasanya selalu berada di belakang kelompok yang mayoritas. Bukan sebaliknya, justru seperti menyudutkan yang mayoritas. Terlebih di saat Indonesia dalam krisis besar saat ini di mana solidaritas dan persatuan sangat dibutuhkan.
Kecuali di Suriah. Di negara yang compang-camping dengan perang saudara ini, penguasanya sejak awal justru memusuhi kelompok mayoritas. Hasilnya? Hingga detik ini, Suriah seperti negara tanpa hukum dan tatanan.
Jika tema ini tidak segera dicabut, penilaian yang menganggap BPIP menyudutkan Islam boleh jadi akan berkembang lebih besar dan lebih liar.
Padahal kalau mau berpikir jernih, apa mungkin ada persatuan Indonesia hingga saat ini kalau bukan karena peran Islam yang mengikat bangsa dalam keragaman suku, budaya, pulau, dan daerah.
Semoga Hari Santri Nasional yang jatuh setiap tanggal 22 Oktober benar-benar bisa dimaknai sebagai tantangan para santri untuk terus maju dan berkembang. Bukan malah mundur jauh ke belakang. [Mh]