ChanelMuslim.com – Pentingnya paradigma yang benar dalam memandang situasi pandemi. Ketua Hikari Parenting School Hifizah Nur, M.Ed. mengatakan bahwa paradigma bersumber dari semua sikap dan perilaku kita, sumber kita dalam berhubungan dengan orang lain.
“Paradigma bisa berubah menjadi positif atau negatif, berubah secara spontan atau bertahap, yang menggerakkan kita dari satu cara pandang dalam melihat dunia menjadi cara pandang lain yang berbeda,” ujar Hifizah Nur yang akrab disapa Fifi, Kamis (12/8).
Baca Juga: Tiga Paradigma Nikah yang Dilupakan Orang
Pentingnya Paradigma yang Benar dalam Memandang Situasi Pandemi
Fifi berpendapat, seseorang akan dapat mengalami keberhasilan yang sejati dan kebahagiaan yang abadi jika ia belajar dan mengintegrasikan prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasan yang efektif ke dalam karakter dasarnya.
Setiap orang memiliki peta berpikir atau paradigma yang sudah tertanam dalam dirinya, dari hasil pendidikan di rumah, di sekolah, pengalaman, dan apa yang dipelajarinya dari lingkungan.
“Paradigma yang baik adalah yang bersumber dari prinsip-prinsip yang benar. Karena kita muslim, tentu berdasarkan prinsip-prinsip keislaman yang benar, berdasarkan Al-Quran dan Hadist,” ungkap perempuan yang menyelesaikan pendidikan Magister di Jepang itu.
Misalnya prinsip keadilan, kejujuran atau integritas, semua manusia sederajat dari bangsa manapun mereka, memberikan kontribusi dengan kualitas dan keunggulan, pertumbuhan-proses pengembangan potensi dan bakat, yang membutuhkan prinsip-prinsip kesabaran, perhatian dan dorongan, dan lain-lain.
Prinsip ini, yang semuanya ada dalam ajaran Islam (juga nilai-nilai kebaikan yang universal), adalah pedoman perilaku dan memiliki nilai yang bersifat abadi.
Bila prinsip-prinsip ini sudah dipelajari dan tertanam dalam paradigma berpikir kita, maka akan sangat mempengaruhi perilaku kita dan bagaimana kita bersikap pada orang lain.
Baca Juga:
Paradigma dan Refleksi
Lebih lanjut, Fifi mengatakan bahwa paradigma ini seperti kacamata kita dalam memandang peristiwa yang kita hadapi. Misalnya setiap orang punya cara pandang yang berbeda dalam memandang pandemi covid-19.
“Ada yang memandang ini siksaan, yang membuat kita untuk menderita. Ada juga yang memandang ini adalah cobaan dari Allah dan tantangan yang diberikan Yang Maha Kuasa untuk melihat, mana di antara hamba-Nya yang sabar dan berjuang mengalahkan pandemi,” tambahnya.
Para ilmuwan yang memiliki paradigma positif berlomba-lomba berusaha menemukan antivirus, vaksin dan obat-obatan untuk menyembuhkan penyakit covid.
Sementara itu, para pemikir dan ilmuwan sibuk menganalisa dan mencari cara untuk mengatasi dampak pandemi.
Ibu-ibu yang kreatif berusaha menyiasati agar kehidupan di rumah yang membosankan menjadi tempat bermain dan belajar yang mengasyikkan.
Para ayah yang tangguh, akan berjuang mencari nafkah tambahan atau bahkan banting setir beralih profesi untuk bisa tetap memenuhi kebutuhan keluarga.
Orang yang memiliki paradigma negatif akan menjadikan pandemi ini sebagai alasan untuk bermalas-malas, tenggelam dalam kesedihan dan bahkan depresi, dan juga banyaknya waktu luang menjadikan hidup yang tidak produktif.
Itulah pentingnya memiliki paradigma yang benar dalam memandang situasi pandemi seperti saat ini.[ind]