ChanelMuslim.com – Terdapat kisah Abu Qudamah yang menceritakan pengalaman jihad paling mengagumkannya kepada para sahabat. Kisah ini diterjemahkan dengan beberapa editing tanpa mengubah tujuan dan makna dari Kitab ‘Uluwwul Himmah indan Nisaa’, 212-217.
Baca Juga: Kisah Umair yang Ingin Berjihad, Meski Masih Belia
Kisah Abu Qudamah Bertemu Perempuan yang Menyerahkan Kepang Rambutnya
Dilansir dari channel telegram Kisah-kisah Hikmah, saat itu, Abu Qudamah singgah di kota Recca. Beliau ingin membeli unta untuk membawa persenjataan.
Saat beliau sedang bersantai di penginapan, keheningan pecah oleh suara ketukan.
Abu Qudamah ternyata kedatangan seorang perempuan.
“Engkaukah Abu Qudamah?” tanyanya.
“Engkaukah yang menyeru umat manusia untuk berjihad?” Pertanyaannya yang kedua.
“Sungguh, Allah telah menganugerahiku rambut yang tak dimiliki wanita lain. Kini aku telah memotongnya.
Aku kepang agar bisa menjadi
tali kekang kuda. Aku pun telah menutupinya dengan debu agar tak terlihat.
Aku berharap sekali agar engkau membawanya. Engkau gunakan saat menggempur musuh, saat jiwa kepahlawananmu merabung.
Engkau gunakan bersamaan saat kau menghunus pedang, saat kau melepaskan anak panah dan saat tombak kau genggam erat.
Kalau pun engkau tak membutuhkan, aku mohon berikanlah pada mujahid yang lain. Aku berharap agar sebagian diriku ikut di medan perang, menyatu dengan debu-debu fi sabilillah.
Aku adalah seorang janda. Suamiku dan karib kerabatku, semuanya telah mati syahid fi sabilillah.
Kalau pun syariat mengizinkan aku berperang, aku akan memenuhi seruannya,” ungkapnya secara panjang lebar sembari menyerahkan kepangan rambutnya.
Abu Qudamah hanya diam membisu. Mulutnya kelu, bahkan tidak bisa mengucapkan kata iya dengan tegas.
“Abu Qudamah, walaupun suamiku terbunuh, tetapi ia telah mendidik seorang pemuda hebat. Tak ada yang lebih hebat darinya.
Ia telah menghapal Al-Qur’an. Ia mahir berkuda dan memanah, senantiasa sholat malam dan berpuasa di siang hari.
Kini ia berumur 15 tahun. Ialah generasi penerus suamiku. Mungkin esok ia akan bergabung dengan pasukanmu. Tolong terimalah dia. Aku persembahkan dia untuk Allah. Aku mohon jangan halangi aku dari pahala,” ujarnya lagi.
Baca Juga: Kisah Abdullah bin Zubair Menerobos Barisan Pasukan Musuh (1)
Diberhentikan oleh Seseorang
Kata-kata sendu terus mengalir dari bibirnya. Namun, Abu Qudamah masih diam membisu, memahami kalimat per kalimat.
Tanpa sadar, perhatiannya tertuju pada kepangan rambutnya.
“Letakkanlah dalam barang bawaanmu agar kalbuku tenang,” pintanya tahu Abu Qudamah memperhatikan kepangan rambutnya.
Abu Qudamah pun segera meletakkannya bersama barang bawaannya. Seolah-olah beliau tersihir dengan kata-kata dan himmah (tekad) nya yang begitu mengharukan.
Keesokan harinya, Abu Qudamah bersama pasukan beranjak meninggalkan Recca. Saat tiba di benteng Maslamah bin Abdul Malik, tiba-tiba dari belakang ada seorang penunggang kuda yang memanggil-manggil.
“Abu Qudamah, tunggu sebentar! semoga Allah merahmatimu.”
Abu Qudamah pun terhenti. Lalu, beliau berpesan kepada pasukannya.
“Tetaplah di tempat hingga aku mengetahui orang ini.”
Orang yang meminta berhenti tadi pun mendekat dan memeluk Abu Qudamah.
“Alhamdulillah, Allah memberiku kesempatan menjadi pasukanmu. Sungguh Dia tidak ingin aku gagal,” ucapnya.
“Kawan, singkaplah kain penutup kepalamu dahulu,” pinta Abu Qudamah.
Ia pun menyingkapnya. Ternyata wajahnya bak bulan purnama. Terpancar darinya cahaya ketaatan.
“Kawan, apakah engkau memiliki Abi?” tanyanya.
“Justru aku keluar bersamamu hendak menuntut balas kematian Abi. Dia telah mati syahid. Semoga saja Allah menganugerahiku syahid seperti Abi,” jawabnya. [Cms]
(Bersambung pada bagian kedua)