ChanelMuslim.com – Kenapa saat tidur, kita harus menghadap ke kanan? Baca dulu hadits tentang kebiasaan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjelang tidur berikut ini.
Masya Allah, begitu indah islam memberikan tuntunan buat umatnya, termasuk dalam masalah tidur.
Meski tidur adalah proses pengistirahatan badan dari berbagai aktivitas, ternyata Rasulullah juga menganjurkan umatnya untuk tidur dalam kondisi berbaring pada sisi kanan.
Baca Juga: Tidur Setelah Shalat Maghrib
Kenapa saat Tidur harus Menghadap ke Kanan? Baca Hadits Berikut
Berdasarkan Hadits Al Baro’ bin ‘Azib, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka wudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmu”. (HR. Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)
Ibnul Qayyim al -Jauzi menyebutkan dalam Zaadul Ma’ad sebagai berikut.
“Tidur berbaring pada sisi kanan dianjurkan dalam Islam agar seseorang tidak kesusahan untuk bangun shalat malam. Tidur pada sisi kanan lebih bermanfaat pada jantung.
Sedangkan tidur pada sisi kiri berguna bagi badan (namun membuat seseorang semakin malas)”. (Zaadul Ma’ad,1/321-322).
Sementara itu, mengenai tidur setelah shalat Maghrib, Ustaz Farid Nu’man juga menjelaskan sebagai berikut.
Abu Barzah Radhiallahu ‘Anhu mengatakan:
Beliau (Rasulullah) memakruhkan tidur sebelumnya (Isya) dan berbincang-bincang setelahnya.
(HR. Abu Daud no. 398, shahih)
Jika hadits ini dipahami secara “apa adanya” ada dua hal yang dimakruhkan:
1. Makruh tidur setelah maghrib sebelum Isya
2. Makruh berbincang-bincang setelah Isya
Imam At Tirmidzi menjelaskan:
Mayoritas ulama memakruhkan tidur sebelum Isya, sebagian mereka memberikan keringanan untuk di bulan Ramadan secara khusus.
(‘Aunul Ma’bud, jilid. 1, hlm. 447. Kairo. Dar Ibnu Al Jauzi. 2016)
Menurut Imam An Nawawi, makruhnya disebabkan khawatir kebablasan shalat isya, tapi TIDAK MAKRUH jika tidak khawatir kebablasan shalat Isyanya. (Ibid, jilid. 1, hlm. 448)
Hal serupa dikatakan Imam Ibnu Daqiq Al ‘Id, bahwa makruhnya itu karena khawatir lupa atau tertundanya Isya sampai habis waktunya.
(Imam As Safarini, Kasyful Litsaam Syarh ‘Umdah Al Ahkam, jilid. 2, hlm. 11)
Ada pun makruhnya berbincang-bincang setelah Isya, menurut Imam Abu Thayyib Syamsul ‘Azhim Abadi adalah perbincangan duniawi yang melupakannya dari urusan akhirat dan ibadah, qiyamullail, bahkan bablas subuh.
Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan kemakruhan ini tidak berlaku untuk perbincangan dalam perkara yang diperintahkan agama.
(‘Aunul Ma’bud, jilid. 1, hlm. 448. Kairo. Dar Ibnu Al Jauzi. 2016)
Di sisi lain, disunnahkan mengakhirkan shalat Isya sampai menjelang tengah malam. Sebagaimana hadits-hadits shahih lainnya.
Ini berarti jika ingin mengakhirkan shalat Isya sebaiknya tidak tidur dulu agar tidak bablas. Kalau pun tidur dulu, mesti bisa memastikan bangun untuk shalat Isya dan jangan sampai lewat waktu Isya-nya.
Demikian. Wallahu a’lam.[ind]