ChanelMuslim.com – Ustaz, bagaimana menyikapi suami yang sering melakukan maksiat? Bagaimana sikap seorang istri bila suami sudah sering bermaksiat (selingkuh) dan berbuat kasar terhadap istri? Nafkah sehari-hari dikurangi tapi istri sudah berkali-kali memaafkan.
Baca Juga: Suami Selingkuh dengan Pelacur: Haruskah Saya Bercerai?
Menyikapi Suami yang Sering Melakukan Maksiat
Oleh: Ustaz Farid Nu’man Hasan
Allah azza wa jalla memerintahkan para suami untuk berbuat ma’ruf kepada istrinya:
وَعَاشِرُوهُنَّ بِٱلۡمَعۡرُوفِۚ فَإِن كَرِهۡتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡـٔٗا وَيَجۡعَلَ ٱللَّهُ فِيهِ خَيۡرٗا كَثِيرٗا
Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya.
(QS. An-Nisa’, Ayat 19)
Menggauli istri dengan baik itu meliputi tutur kata, kepedulian, tanggung jawab, melindungi, sabar, dan nafkah harta yg halal.
Allah azza wa jalla menceritakan salah satu ciri orang bertaqwa adalah nafkah kepada istri.
Dalam surat Al Baqarah, ayat 3, bunyinya:
وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ
dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka
Salah satu makna ayat tersebut seperti penjelasan Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu:
نفقة الرجل على أهله
Nafkah seorang laki-laki (suami) kepada keluarganya. (Al Mawardi, An Nukat wa Al’ Uyun, jilid. 1, hlm. 70)
Baca Juga: Tips agar Suami Tetap Bugar saat Mencari Nafkah
Nafkah Seorang Suami
Imam Al Qurthubi Rahimahullah menjelaskan alasannya:
لأن ذلك أفضل النفقة
Karena nafkah kepada keluarga adalah sebaik-baiknya nafkah (infaq). (Al Jami’ Li Ahkamil Quran, Jilid. 1, hlm. 155)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun menyebut bahwa laki-laki yang terbaik adalah yang paling baik akhlaknya kepada istrinya.
خيركم خيركم لأهله وأنا خيركم لأهلي
Sebaik-baik kamu adalah yang terbaik terhadap istrinya, dan aku yang terbaik terhadap istriku.
(HR. At Tirmidzi No. 3895, dari ‘Aisyah. Imam At Tirmidzi berkata: hasan shahih)
Namun, dalam dunia nyata tidak sedikit kaum laki-laki yang menjadi “suami” sebatas titel saja. Tapi fungsi-fungsi sebagai suami tidak dijalankan. Dia menikmati posisi sebagai kepala rumah tangga, tapi tidak menjalankan apa yang semestinya bagi kepala rumah tangga. Justru sebagian fungsi itu malah dijalankan oleh istrinya.
Ada pun istri, hendaknya menasihati suaminya dgn baik, mengingatkannya agar takut kepada Allah azza wa jalla atas amanah yang bernama istri dan anak. Istri tetap berbuat baik dan mentaatinya dalam kebaikan, dan tidak membalas kezaliman dengan kezaliman.
Bersabar dan melipatkan kesabaran, mendoakan suami jangan bosan-bosan agar diberikan hidayah.
Jangan dulu menjadikan CERAI sebagai jalan pertama, walau hak menuntut cerai jika alasannya syar’i itu dibolehkan. Cerai adalah jalan akhir ketika semua solusi mengalami kebuntuan.
Demikian. Wallahu a’lam.[ind]