ChanelMuslim.com – Kisah Umar bin Khattab dan Pemuda lusuh yang membunuh seseorang berlanjut dengan percakapan Umar dan pemuda itu.
“Sayangnya tidak ada, Amirul Mukminin”.
“Bagaimana pendapatmu jika aku mati membawa hutang pertanggung jawaban kaumku bersamaku?,” ujar pemuda lusuh itu.
Baca Juga: Kisah Umar bin Khattab dan Pemuda Lusuh yang Membunuh Seseorang (1)
Kisah Umar bin Khattab Mengizinkan Salman Al Farisi Menjadi Penjamin
“Baik, aku akan memberimu waktu tiga hari, tapi harus ada yang mau menjaminmu, agar kamu kembali untuk menepati janji,” kata Umar.
“Aku tidak memiliki seorang kerabat pun di sini. Hanya Allah, hanya Allahlah penjaminku wahai orang-orang beriman,” katanya.
Tiba-tiba dari belakang kerumunan terdengar suara lantang.
“Jadikan aku penjaminnya, wahai Amirul Mukminin,” ujar Salman.
“Salman? Kau belum mengenal pemuda ini, Demi Allah, jangan main-main dengan urusan ini.”
“Perkenalanku dengannya sama dengan perkenalanmu dengannya, wahai Umar. Dan aku mempercayainya sebagaimana engkau percaya padanya,” jawab Salman tenang.
Akhirnya, dengan berat hati, Umar mengizinkan Salman menjadi penjamin si pemuda lusuh. Pemuda itu pun pergi mengurus urusannya.
Hari pertama berakhir tanpa ada tanda-tanda kedatangan si pemuda lusuh. Begitu pun hari kedua. Orang-orang mulai bertanya-tanya apakah si pemuda akan kembali karena mudah saja jika si pemuda itu menghilang ke negeri yang jauh.
Hari ketiga pun tiba. Orang-orang mulai meragukan kedatangan si pemuda, dan mereka mulai mengkhawatirkan nasib Salman, salah satu sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang paling utama.
Matahari hampir tenggelam, hari mulai berakhir, orang-orang berkumpul untuk menunggu kedatangan si pemuda lusuh. Umar berjalan mondar-mandir menunjukkan kegelisahannya.
Kedua pemuda yang menjadi penggugat kecewa karena keingkaran janji si pemuda lusuh.
Akhirnya, tiba waktunya penqishashan. Salman dengan tenang dan penuh ketawakkalan berjalan menuju tempat eksekusi.
Hadirin mulai terisak karena menyaksikan orang hebat seperti Salman akan dikorbankan.
Tiba-tiba di kejauhan ada sesosok lelaki berlari terseok-seok, jatuh, bangkit, kembali jatuh, lalu bangkit.
”Itu dia! Dia datang menepati janjinya!” ujar Umar.
Dengan tubuhnya bersimbah peluh dan napas tersengal-sengal, si pemuda itu ambruk di pangkuan Umar.
Baca Juga: Kisah Umar bin Khattab Menolak Pemberian Gula dari Utusan Azerbaijan
Pemuda Lusuh Datang dengan Napas Tersengal-sengal
Si pemuda bercerita dengan napas tersenggal bahwa tunggangannya sekarat di gurun karena ia mengendarinya tanpa henti.
Oleh sebab itu, terpaksa tungannya ia tinggal dan si pemuda berlari dari sana.
“Mengapa kau susah payah kembali? Padahal kau bisa saja kabur dan menghilang?” tanya Umar.
”Aku kembali agar jangan sampai ada yang mengatakan di kalangan Muslimin tak ada lagi kesatria menepati janji,” kata si pemuda lusuh sambil tersenyum.
Mata Umar berkaca-kaca, sambil menahan haru, lalu ia bertanya, “)alu engkau, Salman, mengapa mau-maunya engkau menjamin orang yang baru saja kaukenal?”
Kemudian Salman menjawab, “Agar jangan sampai dikatakan, dikalangan Muslimin, tidak ada lagi rasa saling percaya dan mau menanggung beban saudaranya.”
Hadirin mulai banyak yang menahan tangis haru karena kejadian itu.
”Allahu Akbar! Saksikanlah wahai kaum Muslimin, bahwa kami telah memaafkan saudara kami itu,” teriak kedua pemuda itu.
Semua orang tersentak kaget.
Keuda pemuda itu mengatakan,
”Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin tidak ada lagi orang yang mau memberi maaf dan sayang kepada saudaranya.”
Akhirnya, pecahlah tangis bahagia, haru dan sukacita oleh semua orang.
Sahabat Muslim, dari kisah ini, kita dapat mengambil hikmah bahwa sebagai Muslim, sudah seharusnya kita bisa menjadi orang yang selalu menepati janji dan menjadi pemaaf. [Cms]