ChanelMuslim.com- Rumah tangga itu banyak kerjaan. Ngurus rumah. Ngurus anak-anak. Ngurus masakan. Ngurus cucian. Ngurus taman. Siapa yang harus mengerjakan?
Tinggal di rumah itu bukan seperti di kos-kosan. Di kos-kosan, ada yang ngurus dan siap repot. Kita tinggal terima bersih, alias nyantai aja.
Sementara di rumah, kitalah ibu kosnya. Kitalah juru masaknya. Kitalah tukang cucinya. Kitalah tukang kebunnya. Bahkan, kita juga sebagai satpamnya.
Sebagian orang, mengurus banyak urusan ini, terpaksa ditangani sendiri. Bisa suami istri. Bisa istri saja. Bisa juga kerja sama suami, istri, dan anak-anak.
Namun umumnya, rumah tangga akhirnya berjalan “alami”. Artinya, yang sering di rumah, otomatis menjadi petugas andalan. Dan biasanya itu menjadi beban istri.
Begitu pun sebaliknya. Jika yang sering di rumah suami, ya suamilah yang menjadi tenaga andalannya. Bisa nggak bisa, ya harus bisa. Lama-lama juga akhirnya bisa.
Di luar persoalan ekonomi, ada sebagian suami istri yang begitu strik menghitung plus minus asisten rumah tangga (ART). Bukan karena soal uangnya nggak ada. Tapi, nilai plus minusnya itu.
Soal Eksistensi Ibu (lagi)
Ketika ART menggantikan peran ibu, meski sementara, adab menjadi catatan tersendiri. Sejauh mana anak-anak yang disebut sebagai usia emas itu bisa menyerap banyak pemahaman tentang adab.
Adab bukan hanya urusannya dengan sesama manusia saja. Melainkan juga dengan Allah subhanahu wata’ala, dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan Al-Qur’an, dan dengan syariat Islam.
Jadi, adab bukan sekadar sopan santun atau tatakrama. Tapi nilai-nilai penerapan syariat Islam dalam hal yang kecil hingga yang besar.
Mungkin saja, ada solusi sederhana mengatasi ini. Yaitu, dengan mendatangkan guru agama agar anak-anak memahami adab dalam agama.
Tapi persoalannya, adab bukan sekadar hafalan dan pengetahuan. Justru pada pengamalannya.
Artinya, tidak cukup anak-anak sejak dini memahami apa itu adab. Lebih dari itu, dan ini justru yang paling penting, mampu menerapkannya dalam keseharian.
Karena itu, adab harus menjelma dalam sosok seseorang agar yang lain bisa belajar secara sempurna. Dengan kata lain, anak akan dengan mudah melaksanakan adab, kalau ada teladan yang dekat dengan dirinya.
Dengan bobot yang berat ini, sepertinya peran ini agak sulit dibebankan ke pundak ART. Ibu adalah sosok simpel yang mampu menjelma menjadi kamus adab yang hidup. Sosok yang menjadi teladan anak di setiap detik kehidupannya.
Karena itu, usahakan ibu tak tergantikan siapa pun untuk masa usia emas anak. Dan setelah masa itu, ibu bisa “nyambi” untuk meniti karir lagi. [Mh]