ChanelMuslim.com- Partnership dan networking merupakan faktor pendukung untuk mengembangkan Lembaga filantropi. Untuk sampai pada solusi membangun partnership dan jejaring yang baik memang tidak mudah. Diperlukan skill khusus dan pengalaman yang panjang.
Hal ini tidak lain, karena membangun jejaring tidak semata-mata didominasi dengan kemampuan lobby maupun komunikasi. Kemampuan pengelolaan jejaring justru ada pada kepercayaan, integritas, dan terjun ke lapangan.
Hal itu disampaikannya dalam Social Talk bertajuk “Partnership and Grant Acquisition Strategy”, Selasa, (13/07/2021).
Baca Juga : Jelang Kongres Umat Islam Indonesia, Lembaga Filantropi Islam Sepakat Fokus Kembangkan Zakat
Sukses membangun jejaring dalam mengembangkan lembaga tak bisa diukur dengan proposal saja. Suksesnya jejaring yang terawat justru ada pada bagaimana kualitas hubungan kita secara organisasi dengan mitra-mitra ketika terjun ke lapangan langsung.
“Kita harus turun kelapangan, karena kalau kita tidak turun ke lapangan bagaimana kita bisa menyampaikan apa yang terjadi di lapangan, dan itu bisa kita tuangkan ke dalam proposal,” kata Charlie Hartono sebagai Country Social Viamo.
Charlie menerangkan point terpenting terkait akuisisi hibah agar diterima oleh mitra adalah dengan cara membangun kepercayaan. Karena sekuat apapun sebuah jaringan yang terjalin tanpa kepercayaan akan hilang begitu saja.
“Dalam setiap melakukan fundraising dan grant acquisition unsur kepercayaan itu penting,” imbuhnya.
Dia menjelaskan bahwa sebelum meng-apply proposal kepada setiap donor atau grant yang besar pastikan untuk melihat apakah skill lembaga tersebut sesuai seperti apa yang diminta oleh donor.
“Pastikan kita sudah memahami standar donor yang akan kita apply proposalnya, seperti orang yang akan melamar kerja, saya lebih mempersiapkan diri apakah kita sudah tahu skill tim kita sama seperti apa yang diminta oleh donor, dan apakah lembaga kita sudah mempunyai kepercayaan dari publik atau tidak,” jelasnya.
Selanjutnya hal terpenting dalam melakukan fundraising dan grant acquisition juga adalah memiliki portofolio yang mudah dipahami.
“Jadi sebelum kita mau mencari dana yang nilainya besar bisa dimulai dari program portofolio yang kecil dulu, jangan tiba-tiba apply ternyata lembaga kita belum punya sama sekali postofolio lapangan,” tambahnya.
Dalam diskusi ini Charlie menyarankan ketika tidak bisa mendapatkan grant yang lebih besar, bukan berarti gagal. Justru sedang memberikan kesempatan untuk mempersiapkan skala NGO yayasan untuk menjadi semakin besar.
Baca Juga : Kemendikbud Sosialisasikan SIPLah 2020 Lintas Kementerian dan Lembaga Negara
“Saya punya alasan khusus kenapa harus fokus ke skill yang kita punya, balik lagi ke kunjungan lapangan, sehabis kunjungan lapangan biasanya donor menanyakan laporan, dan tugas kita memuaskan donor dengan hasil proposal yang kita buat,” ujarnya.
Dia menegaskan bahwa unsur 5w 1h harus dikuasi saat membuat laporan, tujuannya agar bisa menjawab ketika donor bertanya bagaimana laporan saat di lapangan.
Diakhir diskusi Charlie mengingatkat bahwa harus ada kesesuaian antara marketing dan orang yang ditugaskan di lapangan mempunyai tujuan yang sama.
“Marketing dan fundraising itu adalah ujung tobak, tapi perkuat dengan orang-orang yang kompeten di dalam organisasi kita untuk membawa organisasi lebih besar, dia tahu bentuk kendala di lapangan, dan tahu apa yang akan dibawa dari program-program tersebut yang tujuannya mengubah hidup orang lebih baik,” tutupnya. [Wmh]