ChanelMuslim.com- Salah satu rukun Islam yang harus diamalkan seorang muslim, ialah menunaikan zakat. Keyakinan ini didasari perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Bahkan hal ini sudah menjadi konsensus (ijma’) yang tidak boleh dilanggar.
Mayoritas ulama dari kalangan sahabat, para tabi’in dan para ulama yang hidup sesudahnya, Imam Abu Hanifah, Imam Malik, dan Imam Syafii mewajibkan zakat atas barang perniagaan.
Adapun landasan dalilnya adalah hadist dari Samran ibn Jundub, ia menceritakan,”Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memerintahkan kita untuk mengeluarkan zakat dari barang yang disediakan untuk dijual.”(HR. Abu Daud, Daaruthni, Al-Baghawi, As-Suyuthu).
Kemudian dari Abu Amr ibn Hammas dari ayahnya, ia bercerita;” Aku pernah menjual kulit dari jifan (mangkuk besar). Tiba-tiba Umar bin Khattab berjalan melewatiku sambal berkata;” Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya ini hanya kulit.” Umar berkata lagi;”Tentukan harganya dan keluakan zakatnya,” (HR. As Syafii, Iman Ahmad, dan Daaruquthni).
Ibn Hamz dalam kitab Al Mugni mengatakan;” Riwayat ini popular dan tidak ditolak, dijadikan sebagai landasan ijma.”
Jumhur Ulama dalam kitab Al Mannar,”Zakat atas barang perniagaan hukumnya wajib.”
Sedangkan menurut Zhahariyah;”Tidak ada kewajiban zakat dalam harta perniagaan.”
Baca Juga : Menikmati Beras Zakat Fitrah
Kapan Suatu Barang Menjadi Barang Perniagaan?
Menurut kitab al Mughni (Ibn Qudamah) berkata;”Suatu barang belum dapat ditakatan sebagai barang perniagaan, kecuali memenuhi 2 syarat:
1. Barang tersebut diperoleh melalui sebuah usaha jual beli.
2. Ada niat untuk menjadikan barang itu sebagai barang perniagaan.
Cara menunaikan Zakat Perniagaan
Zakat perniagaan juga mensyaratkan Haul (1 tahun). Setelah mencapai haul, barang perniagaan harus dihitung lalu dikeluarkan zakatnya sebesar 1/40 dari nilainya.
Para ulama berbeda pendapat mengenai perhitungan haulnya, bila nilainya berkurang di tengah jalan;
Ulama Hambali berpendapat, jika perniagaan itu berkurang nilainya di pertengahan haul, maka masa itu menjadi putud dan tidak ada kewajiban zakat.
Ulama Abu Hanifah, jika nilainya berkurang di tengah masa haul, kemudian nilainya terpenuhi Kembali setelah itu, maka masa haulnya tidak putus. Dan zakat perniagaan tetap dikeluarkan.
Macam Buah di Masa Rasulullah yang Diambil Zakatnya
Dari Abu Burdah, ia berkata;”Dari Abu Musa dari Mu’adz ra, mereka berkata;”Rasulullah pernah mengutus mereka ke Yaman untuk mengajarkan Islam. Beliau memerintahkan untuk tidak mengambil zakat kecuali pada empat jenis buah-buahan, gandum, sa’ir, (sejenis gandum), kurma kering, dan anggur kering.”(HR.Daruquthni, Hakim, Thabrani, dan Baihaqi).
Sementara Alhakim berpendapat bahwa para perawi hadist di atas adalah tsiqah dan merupakan hadist muttashil,
Kemudian, Ibn Abdil Baar;”Para ulama telah sepakat bahwa zakat itu wajib atas gandum, sai’ir, kurma dan anggur kering.”
Tanaman dan Buah yang Tidak Diambil Zakatnya
Tanaman daa buah-buahan tersebut termasuk sayur-sayuran dan buah-buahan selain anggur dan kurma.
Menurut Musa ibn Thalhah : Mu’adz ibn Jabal tidak mengambil zakat dari sayur-sayuran.
Imam Turmidzi : Mayoritas ulama sepakat bahwa sayur mayur tidak ada zakatnya.
Kemudian menurut Al Qurthubi zakat itu berhubungan dengan makanan pokok, bukan sayur mayur. Ketetapan itu tidak ada dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, begitu pula pada masa khalifah sesudahnya.
Sementara itu menurut Ibn Qayyim tidak ada petunjuk dari Rasulullah yang memerintahkan mengambil zakat dari kuda, budak, kedelai sayur-sayuran, buah semangka dan buah-buahan yang tidak bisa ditakar dan ditimbun, kecuali anggur dan kurma (basah maupun kering).
Perbedaan Pendapat di Kalangan Fuqaha
Para ulama berbeda pendapat mengenai macam-macam tanaman yang tidak diwajibkan zakat atasnya;
Menurut Hasan Bashri, tidak ada zakat kecuali pada buah yang sudah ditetapkan nash seperti gandum, sa’ir, jagung, kurma dan gandum kering.
Ats Tsauri dan as Sya’bi berperdapat bahwa tidak ada zakat kecuali pada apa yang telah ditetapkan nash, gandum, sa’ir, jagung, kurma, dan biji-bijian.
Abu Hanifah berpendapat bahwa segala sesuatu yang tumbuh di bumi wajib dikeluarkan zakatnya, baik makanan pokok, sayur mayur dan lain-lainnya.
Dengan syarat penanamannya dimaksudkan untuk mengambil hasil bumi dan mengembangkannya. Ia hanya membuat pengecualian pada kayu bakar, bamboo, dan rumput.
Abu yusuf berpendapat, zakat hukuknya wajib atas segala yang ditumbuhkan dengan syarat tahan disimpan selama setahun, seperti biji-bijian dan kapas. Untuk yang tidak tahan, seperti semangka, mentimun dan dan semisalnya, tidak ada kewajiban zakat.
Iman Malik berpendapat, zakat wajib untuk semua hasil bumi yang tahan lama dna sengaja ditanam oleh manusia, baik berupa makanan pokok (gandum, sa’ir) maupun lainnya seperti merica dan wijen. Sedangkan sayuran dan buah-buahan seperti buah tin, delima, dan apel tidak diambil zakatnya.
Semenatra itu, Imam Syafii berpendapat zakat wajib untuk seluruh hasil bumi dengan syarat, hasil bumi itu adalah jenis makanan pokok, dapat ditimbun dan sengaja ditanam oleh manusia.
Nisab Zakat Pertanian dan Buah-buahan
Dari Sa’id al Khudri ra, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,
“Tidak ada zakat pada kurma dan biji-bijian yang kurang dari lima wasaq.” (HR Muttafaq’alaihi)
Mayoritas ulama berpendapat,”Zakat tidak diwajibkan atas tanaman maupun buah-buahan yang kurang dari lima wasaq.”
Ketentuan lima wasaq itu tentu sudah bersih dari Jerami dan kulit. Jika kulitnya masih melekat, disyaratkan harus mencapai sepuluh wasaq.
Baca Juga : Mengenal Zakat Barang Tambang
Nisab, Ukuran Zakat Ternak dan Cara Menunaikan Zakatnya
Nisab binatang ternak unta dan ukuran zakatnya
Tidak ada kewajiban zakat atas unta yang jumlahnya kurang dari 5 ekor, baik jantan maupun betina, dan sudah mencapai haul.
5 – 9 ekor : 1 ekor kambing
10 – 14 ekor : 2 ekor kambing
15 – 19 ekor : 3 ekor kambing
20 – 24 ekor : 4 ekor kambing, dan seterusnya.
Kadar wajib zakat sapi
Nishab sapi ialah 30 ekor. Apabila kurang dari 30 ekor, maka tidak ada zakatnya. Cara penghitungan sebagai berikut.
30 – 39 ekor : 1 ekor tabi’ atau tabi’ah
40 – 59 ekor : 1 ekor musinah
60 ekor : 2 ekor tabi’ atau 2 ekor tabi’ah
70 ekor : 1 ekor tabi’ dan 1 ekor musinnah
80 ekor : 2 ekor musinnah
90 ekor : 3 ekor tabi’
100 ekor : 2 ekor tabi’ dan 1 ekor musinnah.
Kadar wajib zakat kambing
Nishab kambing ialah 40 ekor.Perhitungannya sebagai berikut:
40 ekor : 1 ekor kambing
120 ekor : 2 ekor kambing.
201 – 300 ekor : 3 ekor kambing.
Lebih dari 300 ekor : setiap kelipatan 100, 1 ekor kambing.
Dalam kajian muslimah yang diselenggarakan oleh Ladies Talks Maeeman Style bekerja sama dengan HijabersMom Community Bekasi dengan tema “Bedah Buku Fiqih Wanita karangan Syaikh Khamil Muhammad Uwaidah ” pada Rabu, (07/07/2021).
Ustaz Rusydi Helmi mengatakan bahwa kewajiban ini, tentunya memiliki syarat dan cara yang harus diperhatikan kaum muslimin, sehingga dapat menunaikan kewajibannya membayar zakat dengan benar dan tepat. [Wmh]