ChanelMuslim.com – Ibrahim At-Taimi memberikan teladan kepada kita bagaimana agar tidak berdusta dalam berucap.
Seperti diketahui, berdusta merupakan salah satu hal yang dilarang untuk dilakukan, tetapi banyak yang tidak sadar, baik secara langsung atau tidak langsung berdusta kepada orang lain.
Salah satu contohnya adalah tidak sesuai antara apa yang dikatakan dan diperbuatnya.
Baca Juga: Hati-hati dengan Dusta, Contoh Perilaku Munafik di Akhir Zaman
Ibrahim At-Taimi Meluangkan Waktu untuk Menyesuaikan Perkataan dan Perbuatannya
Dalam kitab al-Zuhd, Imam Ahmad bin Hanbal mencatat sebuah riwayat tentang Imam Ibrahim at-Taimi yang selalu meluangkan waktu untuk mencocokkan perkataan dan perbuatannya.
Abdullah bercerita kepada kami, seseorang yang mendengar Abdurrahman bin Mahdi bercerita kepada kami, dari Sufyan, dari Abu Hayyan at-Taimi, dari Ibrahim at-Taimi, ia berkata, “Tidaklah aku memeriksa (atau mencocokkan) amalku dengan ucapanku melainkan (karena) aku takut menjadi pendusta.” (Imam Ahmad bin Hanbal, al-Zuhd, Kairo: Dar al-Rayyan li al-Turats, 1992, h. 434)
Dilansir Islam.nu.or.id Imam Ibrahim At-Taimi (w. 92/95 H) selalu melakukan koreksi diri dengan meluangkan waktu untuk menelaah ucapan dan amalnya.
Beliau melakukan studi komparatif atas keduanya, membandingkan apakah ada ketimpangan dan ketidakseimbangan di antara keduanya.
Selain itu, beliau juga melakukan investigasi terhadap keduanya untuk mendapatkan gambaran yang lebih utuh. Setelah itu, ia melakukan adjustment (penyetelan dan penyesuaian) di antara keduanya.
Semuanya berasal dari ketakutannya menjadi pendusta. Bagi Imam Ibrahim At-Taimi, ahli fiqih dan hadits dari kalangan tabi’in itu, ketidaksesuaian antara ucapan (baik) dan amal adalah dusta.
Apabila dibiarkan, maka akan menjadi kebiasaan berdusta. Oleh sebab itu, beliau mencegahnya dengan melakukan komparasi, investigasi, dan adjutsment.
Beliau tidak berhenti hanya di titik komparasi dan investigasi saja, tapi melanjutkannya hingga proses penyesuaian.
Baca Juga: Hidup Jujur atau Dusta
Terdapat dalam riwayat lain yang menjelaskan tentang ucapan Ibrahim at-Taimi, yang dilanjutkan oleh perkataan dari Ibnu Abu Mulaikah dan Al-Hasan.
وَقَالَ إِبۡرَاهِيمُ التَّيۡمِيُّ: مَا عَرَضۡتُ قَوۡلِي عَلَى عَمَلِي إِلَّا خَشِيتُ أَنۡ أَكُونَ مُكَذِّبًا، قَالَ ابۡنُ أَبِي مُلَيۡكَةَ: أَدۡرَكۡتُ ثَلَاثِينَ مِنۡ أَصۡحَابِ النَّبِيِّ صلي الله عليه وسلم كُلُّهُمۡ يَخَافُ النِّفَاقَ عَلَى نَفۡسِهِ، مَا مِنۡهُمۡ أَحَدٌ يَقُولُ: إِنَّهُ عَلَى إِيمَانِ جِبۡرِيلَ وَمِيكَائِيلَ. وَيُذۡكَرُ عَنِ الۡحَسَنِ: مَا خَافَهُ إِلَّا مُؤۡمِنٌ، وَلَا أَمِنَهُ إِلَّا مُنَافِقٌ
Ibrahim at-Taimi berkata, “Tidaklah aku memeriksa (atau mencocokkan) ucapanku dengan amalku melainkan (karena) aku takut menjadi pendusta.”
Ibnu Abu Mulaikah berkata, “Aku menjumpai tiga puluh sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, semua dari mereka takut ada kemunafikan di dalam diri mereka.
Tidak seorang pun dari mereka yang mengatakan bahwa (diri)nya beriman (seperti) imannya Jibril dan Mikail.”
Disebutkan dari al-Hasan, (ia berkata), “Tidaklah orang yang takut (ada) kemunafikan (dalam diri)nya kecuali ia seorang mukmin, dan tdaklah orang yang merasa aman (dari)nya kecuali ia seorang munafik.” (Imam Zainuddin Abdurrahman bin Ahmad bin Rajab al-Hanbali, Syarh Shahîh al-Bukhârî al-Musamma Fath al-Bârî, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2006, juz 1, h. 115)
Sahabat Muslim, itulah sedikit penjelasan terkait Ibrahim At-Taimi yang takut melakukan perbuatan dusta, sehingga selalu menyelaraskan perkataan dan perbuatannya.
Mari meneladani sikap beliau dengan terus melakukan introspeksi diri karena sebagai manusia, tentunya kita tidak luput dari kesalahan. [Cms]