ChanelMuslim.com – Apa persiapan dan trik menghafal Al-Qur’an yang harus dilakukan para penghafal Al-Qur’an? Berikut adalah persiapan dan trik menghafal Al-Qur’an yang dibagikan oleh Ustaz Slamet Setiawan, S.HI.
Persiapan dan Trik Menghafal Al-Qur’an
Persiapan Menghafal
Sebelum kita praktik menghafal ada beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh masing-masing individu. Ibarat sebuah kendaraan tidak akan dapat melaju tanpa adanya bahan bakar yang menjadi energi penggeraknya. Adapun persiapan tersebut adalah:
Mau
Syarat utama bagi para penghafal adalah adanya kemauan yang kuat dalam dirinya. Bahkan kemauan ini kedudukannya berada di atas kecerdasan. Orang yang cerdas akan tetapi kemauannya rendah maka dia tidak akan mempunyai energi untuk menghafal.
Sebaliknya, orang yang kecerdasannya biasa saja akan tetapi kemauannya besar, maka besar kemungkinan dia akan berhasil. Lihatlah pisau yang diasah terus-menerus akan tajam juga. Pisau tumpul yang dipukulkan ke sebatang kayu akan dapat memotong kayu tersebut asalkan dilakukan dengan sungguh-sungguh dan terus-menerus. Dalam bahasa santri, prinsipnya adalah Man Jadda Wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil.
Perlu digarisbawahi bahwa mau yang Penulis maksud di sini adalah mau yang permanen. Sebuah kemauan yang tidak hilang kecuali jasad dan ruh telah bercerai. Seoarang yang hanya memiliki kemauan sesaat-sesaat saja, atau kemauannya musiman, wajarlah bila bertahun-tahun menghafal akan tetapi tak kunjung usai targetnya. Dengan kemauan yang menghujam kuat dalam diri seseorang akan melahirkan semangat yang tak mudah luntur oleh waktu dan keadaan.
Baca Juga: Menghafal Alquran
Atur Persepsi yang Benar
Bagi para pemula menghafal Al-Qur’an akan terasa sangat sulit, hal itu wajar karena kita belum mengerti seninya. Pisau kita belum diasah, dan pukulan kita belum tepat. Kesalahan terbesar bagi para penghafal adalah memvonis bahwa Al-Qur’an sulit dihafal.
Jikalau mereka tahu bahwa persepsi (cara berfikir) yang mereka bangun akan berpengaruh besar di kemudian hari, mereka akan sangat menyesal ketika mengetahui bahwa sesungguhnya Al-Qur’an sangat mudah dihafal. Allah azza wa jalla sendiri bahkan yang menjamin. Apakah kita masih akan ragu dengan jaminan Allah azza wa jalla pemilik Al Quran?
Allah azza wa jalla berfirman:
“Maka sungguh telah Kami mudahkan (Al-Qur’an) itu dengan lisanmu, agar dengan itu kamu dapat memberi kabar gembira kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar engkau dapat memberi peringatan orang-orang yang membangkang.” (QS. Maryam: 97)
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk dijadikan pelajaran. Maka adakah orang-orang yang mengambil pelajaran?” (QS. Al Qomar: 17)
Dari firman Allah azza wa jalla di atas jelas bahwa Al-Qur’an mudah dipelajari, termasuk dihafal. Namun mengapa kita terkadang menemui kesulitan? Ingatlah bahwa para penghafal adalah orang yang istimewa. Orang-orang yang dipilih oleh Allah azza wa jalla untuk menjadi penjaga Al-Qur’an.
Oleh karena itu, orang-orang pilihan Allah azza wa jalla tersebut harus diuji keseriusannya. Diuji niatnya dalam menghafal. Salah satu ujiannya adalah dengan memberi sedikit kesulitan diawal proses menghafal, siapa yang bersabar maka dia akan lulus menjadi penjaga Al-Qur’an. Dan bagi orang-orang yang lulus tersebut akan diberikan kemudahan menghafal.
Permasalahannya adalah kita sabar atau tidak dalam tes ini? Jika kita sabar maka kemudahan akan datang. Allah azza wa jalla berfirman dalam surat Asy Syarh ayat 6: “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” Namun jika kita menyerah maka kita akan gagal menjadi manusia pilihan dan terbaik. Ingatlah hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengatakan: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al Quran dan mengajarkannya.”
Istiqamah
Konsistensi (istiqamah) dalam menghafal Al-Qur’an adalah sebuah nutrisi utama yang akan menentukan kehidupan hafalan dalam diri seorang penghafal. Istiqamah adalah nyawa untuk sebuah kemauan yang menjadi pondasi awal sebuah proses menghafal. Istiqamah adalah energi yang menghantarkan seseorang dalam menyelesaikan hafalannya. Dan istiqamah adalah teman sejati dalam menjaga hafalan Al-Qur’an.
Seorang penghafal tidak akan berhenti dengan selesainya target, tapi mereka terus bermesraan dengan Al-Qur’an hingga akhir hayatnya. Jikalau tak ada keistiqamahan dalam diri penghafal Al-Qur’an, akan sia-sialah waktu yang ia habiskan untuk menghafal. Akan luruh semua hafalan dari dadanya jika penghafal Al-Qur’an sudah bosan, sibuk dengan dunia dan tidak istiqamah dengan Al-Qur’an yang mesti dijaga. Bukankah kita sudah diperingatkan Sang Nabi shallallahu alaihi wa sallam bahwa Al-Qur’an akan lebih cepat hilang dari unta yang tak terikat?
Luruskan Niat dan Jauhi Maksiat
Meluruskan niat menghafal hanya karena Allah azza wa jalla adalah sangat penting. Karena niat menentukan pekerjaan kita bernilai ibadah atau tidak, mendapat pahala atau tidak. Seorang penghafal yang hanya ingin dipuji manusia atau dianggap hebat barangkali tetap akan bisa menghafal, tapi yang ia dapat hanya pujian dari manusia, sedangkan pahala dari Allah azza wa jalla tak kan pernah diperolehnya.
Oleh karena itu, para penghafal wajib meluruskan kembali niatnya agar waktu dan tenaga yang kita korbankan untuk menghafal tak sia-sia di sisi Allah azza wa jalla.
Selain niat yang benar para penghafal juga harus menjauhi maksiat, baik kecil apalagi besar. Karena Al-Qur’an adalah nur (cahaya) yang hanya bisa diperoleh orang-orang yang bersih hatinya.
Ketika Imam Syafii mengadu kepada gurunya yang bernama Waqi’ tentang hafalan Al Qurannya yang kabur, sang guru menasihatkan untuk menjauhi maksiat. Karena ilmu Allah azza wa jalla adalah cahaya, dan cahaya Allah azza wa jalla tak akan diberikan kepada orang-orang yang banyak maksiatnya. Mudah-mudahan kita dilindungi dari perbuatan maksiat.
Baca Juga: Menghafal Alquran dengan Metode Tikrar Bersama Salimah Bekasi
Teknik Menghafal Al-Qur’an
Pada prinsipnya, teknik menghafal Al-Qur’an adalah seni, dan setiap individu bisa berbeda tekniknya dalam proses menghafal. Karena satu metode terkadang cocok dan efektif bagi seseorang namun menyulitkan bagi yang lain.
Dalam pengamatan Penulis, di pesantren-pesantren khusus penghafal Al-Qur’an, mereka tidak mematok pada suatu metode tertentu. Para santri dibebaskan dalam berkreasi mencari kemudahan metodenya masing-masing.
Akan tetapi, secara umum ada beberapa metode yang paling banyak digunakan para penghafal, terutama penghafal pemula. Di antaranya adalah sebagai berikut.
Menentukan Mushaf
Mushaf adalah instrumen utama untuk menghafal, karena tanpa mushaf bagaimana mungkin kita bisa membaca ayat-ayat yang akan dihafal. Dengan mushaf juga kita akan dapat menentukan pembagian target menghafal.
Penulis sarankan sebaiknya penghafal hanya menggunakan satu jenis mushaf saja. Akan lebih bagus jika mushaf kita bisa terawat hingga akhir target kita tercapai sehingga tidak perlu mengganti mushaf dengan yang baru.
Mengapa harus satu mushaf? Karena hafalan yang kuat adalah hafalan yang dapat kita save bentuk tulisan dan tata letak ayatnya dalam otak kita. Jika tulisan dan tata letak ayat yang kita hafal terbayang dalam otak kita, maka ketika kita membaca tanpa mushaf akan sama rasanya seperti kita membaca mushaf. Hanya bedanya mushaf kita ada di dalam pikiran/otak.
Dengan hanya menggunakan satu jenis mushaf akan membantu kita mencari dengan cepat ayat yang kita lupa. Selain itu juga kita dapat memastikan posisi ayat yang kita hafal.
Bayangkan saja, misalnya jika kita menghafal dengan mushaf pertama yang ayat tiganya ada di sebelah kiri atas, kemudian ketika kita melancarkan menggunakan mushaf lain yang ayat tiganya ada di kanan bawah. Maka kita akan bingung dan sulit membuat tampilan mushaf dalam pikiran kita. Yang terjadi justru akan kabur, karena sekali kita ingat letaknya di atas, di kali yang lain kita ingat ada di bawah. Hal demikian akan menyulitkan ketika kita diuji hafalannya dan hafalan juga akan cepat hilang.
Menentukan Target
Target sangat penting, karena akan berpengaruh kepada semangat dan prioritas kita. Dengan adanya target kita akan mudah menentukan berapa banyak menghafal dalam sehari. Dan kita juga akan mudah mencari metode yang cocok dengan pencapaian target kita.
Kita ambil contoh, jika kita menggunakan mushaf Rasm Utsmani yang dalam satu juz terdiri dari 20 halaman. Maka jika kita menginginkan menyelesaikan satu juz dalam satu bulan, maka targetnya adalah satu halaman/hari. Sisa sepuluh hari untuk melancarakan. Namun jika kita ingin menyelesaikannya dalam dua bulan, maka perharinya harus menghafal 7-8 baris, sisa dua puluh hari untuk melancarkan. Begitu seterusnya.
Menentukan Metode Menghafal
Seperti yang sudah Penulis singgung di atas bahwa metode menghafal bermacam-macam, tergantung pada individu yang menjalankan. Dan tidak ada ketentuan khusus harus memakai satu metode. Namun ada beberapa metode yang Penulis anggap mudah dan bisa diterapkan pada semua kalangan. Di antaranya adalah sebagai berikut.
Membaca berulang perkata
Baca secara berulang setiap kata dalam ayat Al-Qur’an. Jika kata pertama sudah hafal maka lanjutkanlah pada kata yang kedua dengan berulang. Jika kata kedua sudah hafal, maka ulangi dari kata yang pertama secara berulang sampai kata yang pertama dan kedua lancar.
Begitu seterusnya. Intinya sebelum melanjutkan kata yang baru, ulangi terlebih dahulu dari kata pertama. Jika baris kedua sudah hafal, baca terlebih dahulu dari baris pertama sebelum melanjutkan ke baris selanjutnya.
Membaca berulang perbaris
Baca satu baris ayat Al-Qur’an secara berulang sampai 20 kali sambil dibayangkan bentuk tulisan dan letaknya. Sedikit demi sedikit tutup mata saat membaca. Setelah bacaan yang kedua puluh, tutup mushafnya dan baca dengan membayangkan ayat yang tadi dibaca dua puluh kali. Gunakan cara yang sama pada baris yang kedua. Namun ulangi lagi dari baris pertama sebelum melanjutkan ke baris yang ketiga. Begitu terus sampai baris yang kelima belas.
Kedua cara di atas, Penulis perkirakan satu baris ayatnya memerlukan waktu paling lama lima menit. Jadi untuk menghafal satu halaman membutuhkan waktu 60-75 menit. Perlu dicatat bahwa menghafal Al-Qur’an tidak bisa diselingi dengan obrolan, candaan, dan pekerjaan lain selain menghafal. Fokuskan saja dalam sehari 60-75 menit, insya Allah kita akan mampu menghafal satu halaman/hari atau dengan kata lain kita akan selesai 30 juz kurang dari tiga tahun. Namun, apabila menghafal tidak fokus dan diselingi pekerjaan lain, jangan salahkan siapa-siapa jika kita merasa kesulitan. Man Jadda Wajada.
Menjaga Hafalan
Bagi para penghafal, persoalannya tidak hanya sampai pada proses menghafal saja, tetapi ada proses penjagaan agar hafalannya tidak hilang atau tersendat-sendat. Lalu, apa langkah-langkah yang harus dilakukan setelah selesai menghafal dan menjaga hafalan terdahulu agar tetap kuat? Berikut langkah-langkahnya.
Tasmi’
Tasmi’ adalah istilah bagi para penghafal yang artinya adalah memperdengarkan hafalan kita kepada orang/guru yang hafalannya lebih banyak dan bacaannya lebih baik dari kita. Manfaat tasmi sendiri sangat banyak, pertama untuk koreksi hafalan, kedua untuk perbaikan bacaan, dan yang ketiga untuk melancarkan hafalan dan membiasakan mental untuk tampil didepan orang lain.
Semua hafalan wajib di-tasmi’ oleh guru kita, baik hafalan baru ataupun hafalan yang sudah lama. Karena kita tidak tahu apakah hafalan kita sudah benar atau belum, sudah tepat atau belum, dan kekurangan-kekurangan lain yang mungkin ada. Tasmi’ juga tidak hanya dilakukan sekali saja, akan tetapi terus berulang-ulang tanpa batas.
Tasmi’ hafalan baru dan lama tentulah harus berbeda kuantitasnya. Pengalaman kami ketika menghafal, dalam tasmi’ hafalan lama minimal lima halaman. Dengan begitu satu juz dapat selesai dalam empat hari dan agar bisa cepat mengulangi lagi. Begitu seterusnya.
Saling Simak antarsesama Penghafal
Cara ini sangat efektif untuk menumbuhkan semangat antar sesama penghafal dan saling melancarkan. Karena baik yang menyimak maupun yang disimak akan sama-sama mengingat hafalannya masing-masing dan akan terkoreksi satu sama lain.
Murojaah Mandiri
Mengingat waktu tasmi’ terbatas dan tidak sesuai dengan jumlah hafalan kita yang banyak maka kita tidak bisa hanya mengandalkan tasmi dengan guru atau saling simak saja untuk menjaga hafalan. Jika kita hanya mengandalkan tasmi dengan guru dan saling simak saja besar kemungkinan hafalan kita akan tersendat-sendat. Untuk mensiasati keterbatasan waktu guru kita maka kita harus murajaah (mengulang-ulang) hafalan kita sendiri.
Bagi rata-rata penghafal mereka murajaah mandiri dalam sehari 3-5 juz. Bagi para pemula mungkin bertanya-tanya apakah waktunya akan cukup? Di sinilah kenikmatan yang Allah azza wa jalla berikan kepada para penghafal Al Quran. Bukankah mereka hafal Al-Qur’an? Tentu untuk membaca Al Quran tak harus melihat mushaf bukan? Membaca Al Quran bisa dilakukan dimana saja, kapan saja. Sambil duduk, berdiri, berjalan, menyapu dan lain-lain. Bayangkan betapa mudahnya peluang para penghafal untuk mendapatkan pahala.
Kiyai Penulis dulu bahkan sambil memotong rumput pun mulutnya membaca Al-Qur’an. Penulis juga pernah menyertainya dari Lampung ke Palembang dan beliau yang menyetir mobil. Selama perjalanan, lisannya selalu komat-kamit, dan ketika sampai di Palembang beliau mengatakan mampu murajaah 25 juz selama perjalanan. Hal yang demikian pun Penulis praktikkan dalam tiap perjalanan Way Jepara-Metro-Pesawaran atau sebaliknya. Alhamdulillah di atas sepeda motor, Penulis mampu menyelesaikan sampai 1 juz.
Sekali lagi ditekankan, para penghafal adalah orang yang paling beruntung. Karena mereka mampu dan berkesempatan membaca Al-Qur’an di mana saja dan kapan saja, meskipun di tangannya tak ada mushaf.
Demikian tulisan ini Penulis torehkan. Semoga ada manfaatnya. Silakan Sahabat Muslim kembangkan sendiri sehingga dapat sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Wallahu a’lam.[ind]