Menghadapi intimidasi, serangan verbal dan bahkan serangan fisik, mahasiswi Muslim di University of Central Florida mengatasi ketakutan mereka menjadi sasaran Islamofobia dengan pemahaman dan pendidikan.
“Kunci untuk memerangi kasus kebencian adalah dengan cara damai,” ujar Amirah Mathin, seorang mahasiswa ilmu biomedis, kepada Central Florida Future pada Rabu 28 Januari lalu.
“Hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah menunjukkan kepada mereka bahwa kita tidak seperti itu tuduhan mereka.”
Bagi Mathin, diskriminasi pernah ia alami pada saat sedang membantu seorang laki-laki yang terlibat dalam tabrakan kendaraan sewaktu dirinya menjadi seorang teknisi medis darurat (EMT).
Bekerja keras dan cepat untuk membantu pria itu keluar dari kendaraan, pria korban kecelakaan itu malah berteriak pada dirinya agar tidak menyentuh dia. Lebih parahnya lagi, pria tersebut juga memaki dirinya dengan cercaan rasial atau dua hal terkait jilbabnya.
Mahasiswi Muslim UCF ini menghadiri sekolah tinggi Katolik karena reputasinya. Dan ia mengambil keputusan untuk mengenakan jilbab tiga tahun lalu, tidak ada yang menyatakan oposisi atau pandangan negatif terhadap dirinya.
Pada bagian lain Katelyn Picard, seorang alumni UCF baru-baru ini juga menghadapi pelecehan yang hampir menjadi serangan fisik saat dia dan empat wanita lainnya memakai jilbab sedang di kampus.
Picard, yang masuk Islam tiga tahun lalu, meninggalkan gym bersama teman-temannya ketika mobil van penuh orang mulai mengikuti mereka dari tempat parkir kemudian setelah dekat orang-orang di dalam van memaki merekaa. Dia dan teman-temannya akhirnya berhasil mengalihkan perhatian orang-orang di dalam van dan berlari ke mobil mereka serta meninggalkan lokasi sesegera mungkin.
“Aku hanya bingung karena insiden itu terjadi di kampus UCF,” kata Picard.
Picard juga sempat berdebat dengan kandidat politik di kampus ketika ia mencoba memperbaiki penggunaan kata “jihad”.
“Dia bersikap kasar kepada saya bahwa asistennya datang ke saya dan mencoba membuat saya merasa lebih baik,” ujarnya.
“Orang lain hanya menonton. Rasanya begitu merendahkan, dan ketika saya sedang berjalan kembali ke mobil, saya menangis.”
Dengan meningkatnya jumlah serangan Islamofobia di seluruh dunia, umat Islam menyalahkan media yang telah membakar sentimen anti-Muslim.
“Media sangat licik tentang hal itu,” kata Yusuf Yenikomsu, seorang mahasiswa senior jurusan manajemen bisnis.
“Mereka memilih-milih cerita apa untuk diposting. Mereka tidak langsung mengatakan Muslim buruk, tetapi dari apa yang mereka terbitkan memberikan persepsi bahwa Muslim sangatlah buruk,” jelas Yenikomsu.[af/onislam]