ChanelMuslim.com- Munafik itu seperti kanker dalam tubuh umat Islam. Ia menggerogoti umat Islam dari dalam. Hingga umat menjadi lumpuh.
Sejumlah hal tentang munafik ini bisa menjadi pelajaran umat Islam. Agar umat Islam memahami dan selalu dalam kewaspadaan.
Tak Ada Loyalitas antar Munafik
Orang munafik dengan munafik lainnya memiliki hubungan unik. Kalau tidak mau disebut licik. Yaitu, tidak ada loyalitas di antara mereka. Yang ada kepentingan dan keuntungan sepihak.
Hal ini berbeda dengan orang kafir dan umat Islam. Baik orang kafir maupun umat Islam sama-sama memiliki loyalitas di antara mereka. Ada persaudaraan di situ.
Mereka saling membantu. Mereka saling menopang dana. Dan mereka saling melindungi jika di antara mereka ada yang lemah.
Namun bagi orang munafik hal itu tidak berlaku. Satu sama lain berjalan sendiri-sendiri. Dan satu sama lain saling mencurigai.
Allah subhanahu wata’ala menyampaikan hal itu dengan kalimat, ba’dhuhum min ba’dh. Berbeda dengan orang kafir dan umat yang Allah sebut dengan, ba’dhuhum auliyaa’u ba’dh. Ada kata auliyaa di situ yang berarti loyalitas.
Porsi Munafik Lebih Besar di Awal Surah Al-Baqarah
Dalam awal Surah Al-Baqarah, Allah subhanahu wata’ala menyampaikan komposisi ayat tentang mukmin, kafir, dan munafik.
Menariknya, komposisi tentang munafik jauh lebih banyak daripada mukmin dan kafir. Tentang mukmin Allah menguraikan dalam empat ayat. Tentang kafir, Allah mengurainya dalam dua ayat.
Namun, tentang orang munafik Allah mengurainya dalam 13 ayat. Diawali dari pernyataan keimanan mereka yang menipu hingga strategi yang mereka lakukan terhadap mukmin.
Hal ini menunjukkan rumitnya urusan orang munafik. Dan tentu saja, beratnya menghadapi mereka di banding terhadap orang kafir.
Hikmah selain itu adalah kewaspadaan yang lebih besar lagi terhadap orang munafik daripada terhadap orang kafir.
Orang Munafik itu Malas Ibadah
Di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, mendeteksi orang munafik begitu mudah. Karena, ada nilai kontras antara para sahabat dengan orang-orang munafik. Terutama dalam hal ibadah.
Hal ini karena para sahabat amalnya begitu sempurna. Baik amal dalam ibadah, maupun amal dalam dakwah dan jihad. Hal tersebut tidak ada dalam kamus orang munafik.
Ibadah yang mereka tidak suka adalah ibadah yang tidak bisa pamer. Atau, pencitraan. Seperti shalat Isya dan Subuh. Dua waktu shalat yang dilakukan saat suasana masih gelap dan tak banyak orang melihat.
Karakter ini akan sulit terdeteksi jika umat Islam seperti pada saat ini. Yaitu, di mana semangat ibadah umat Islam juga dalam kondisi tidak prima. Mulai karena pemahaman yang lemah, teladan yang minim, dan lingkungan yang buruk.
Meski begitu, umat Islam yang dalam ketidakprimaan dalam ibadah ini tetap berbeda dengan munafik. Terutama dalam satu hal: hanya munafik yang memusuhi Islam dan umatnya.
Masih banyak pelajaran yang bisa diambil dari keberadaan orang munafik. Intinya, umat tidak boleh lengah dalam keadaan apa pun. Karena musuh paling berbahaya ada dalam “selimut” kita. [Mh]