ChanelMuslim.com- Ada satu doa yang kita ucapkan sekurangnya 17 kali setiap hari. Doa itu: bimbing kami ke jalan yang lurus.
Setiap hari, kita selalu mengucapkan sebuah doa yang simpel tapi begitu dahsyat. Setidaknya, 17 kali diucapkan setiap hari.
Doa itu berbunyi, “Ya Allah, Yang Maha Kasih dan Sayang, Yang menguasai hari pembalasan. Bimbing kami ke jalan yang lurus!”, ihdinash shiroothol mustaqiim.
Sedemikian tingginya doa itu, momen pengucapannya pun bukan di sembarang kesempatan. Bukan sebelum makan atau sesudahnya. Bukan sebelum tidur atau sesudahnya.
Bukan juga saat kita tidak dalam keadaan suci dari hadats. Bukan juga saat kita sedang fokus dengan dunia kita. Bukan juga saat kita sedang berbaring atau duduk, kecuali ada halangannya.
Kita mengucapkan doa itu saat sedang shalat. Saat kita sedang suci. Saat kita sedang khusyuk hanya tertuju pada Allah.
Setidaknya ada dua tafsiran dari doa ini. Pertama, permohonan agar dibukakan hati dan kemudahan untuk terus istiqamah dalam taat pada Allah dan RasulNya.
Selalu dalam kebanggaan bahwa jalan Islam ini yang paling benar. Tak ada satu pun jalan selainnya yang patut dilalui dan diikuti. Hanya Islam. Saat ini, esok, dan selamanya.
Meskipun, begitu banyak fitnah terhadap Islam. Meskipun, begitu berat hambatan yang menghadang. Meskipun, begitu banyak hal yang dikorbankan.
Tafsiran kedua, permohonan agar mutu amal dan keyakinan tidak berkisar di takaran standar. Selalu ada peningkatan dan peningkatan. Ada raihan prestasi baru yang lebih baik dari sebelumnya.
Tapi maklumi, bahwa raihan prestasi baru selalu sejalan dengan ujian yang datang. Tidak ada prestasi tanpa ujian. Seperti halnya tidak ada kenaikan kelas tanpa tes dan ujian. Mereka yang lulus yang naik, dan yang gagal tinggal.
Mendambakan prestasi tanpa ujian tak ubahnya seperti petani yang ingin panen tapi tak mau capek menanam, melawan hama, dan terus menjaga kesuburan tanaman.
Prestasi dan ujian terus bergulir seiring sejalan. Tidak ada jalan lurus tanpa tanjakan terjal dan turunan curam. Prestasi dan ujian seiring sejalan menurut kelas-kelas yang Allah tentukan.
Kelas kita mungkin jauh di bawah kelas kaum muslimin di Palestina, misalnya. Musuh mereka tidak tanggung-tanggung, penjahat nomor satu di dunia: Israel. Kaum kera yang tak pernah henti membuat kerusakan dunia.
Desingan peluru, hantaman rudal, dan serangan membabi buta di malam hari, sudah menjadi hal biasa buat mereka. Dan kita pun memaklumi, bahwa itulah kelas mereka.
Ucapan doa yang sama, tapi melahirkan output yang berbeda. Ujian kita masih berkutat di hal reguler rutinitas hidup. Itu pun sudah terasa sangat berat oleh kita.
Sementara, mereka juga mengalami ujian reguler tersebut seperti kita. Tapi, ditambah lagi dengan ujian yang melampaui hal rutin itu semua. Yaitu, tak ada hari tanpa berhadap-hadapan dengan Israel.
“Ya Allah, bimbing kami dalam istiqamah di jalanMu. Bimbing kami untuk senantiasa meningkatkan prestasi iman dan amal kami dalam meraih takwa kepadaMu. Dan bimbing kami untuk bisa menemui akhir hidup dalam ridhaMu.” [Mh]