WAJAH Usaid bin Hudhair bercahaya ketika mendengar ayat Al-Qur`an. la mewarisi akhlak mulia dari nenek moyangnya secara turun temurun.
Ayahnya (Hudhair al-Kata’ib) adalah seorang pemimpin suku Aus dan termasuk bangsawan Arab di zaman jahiliah, ahli berperang, ialah Usaid bin Hudhair.
Baca Juga: Laki-Laki Tinggi dengan Wajah Bercahaya dan Hati Khusyuk
Wajah Usaid bin Hudhair Bercahaya ketika Mendengar Ayat Al-Qur`an
Seorang penyair menyebutnya,
“Seandainya kematian lari dari orang Perkasa
la akan Lari dari Hudhair saat menutup Pintunya
la hanya berputar
Hingga ketika malam telah larut
la duduk dan berdendang”
Wibawa, keberanian, dan kedermawanan sang ayah mengalir dalam darah Usaid. Sebelum masuk Islam, Usaid termasuk dalam jajaran pembesar Madinah dan ahli panah yang pilih tanding.
Setelah Islam memilih diri Usaid dan dibimbing ke jalan Allah yang Maha Perkasa dan Maha Mulia, kemuliaannya semakin bertambah, dan terus bertambah ketika menempati posisi sebagai kaum pembela (Anshar) agama Allah dan Rasul-Nya, serta termasuk orang-orang yang masuk Islam di masa-masa awal.
Proses masuk Islamnya Usaid cepat, mantap dan terhormat. Rasulullah mengirim Mush’ab ke Madinah untuk mengajarkan Islam kepada kaum muslimin yang telah melakukan Baiat Aqabah, dan memperkenalkan Islam kepada yang lain.
Usaid dan Sa’d yang pemimpin kaumnya terlihat sedang duduk membicarakan orang asing yang datang dari Makkah, mengesampingkan agama mereka, serta mengajak untuk mengikuti agama baru yang belum mereka kenal sebelumnya.
Sa’d berkata kepada Usaid, “Temuilah orang itu dan usirlah.”
Usaid membawa tombak kecilnya, mempercepat langkahnya mcnuju Mush’ab yang saat itu menjadi tamu As’ad bin Zurarah yang juga terrmasuk pemimpin Madinah, yang sudah masuk Islam.
Sesampai di rumah As’ad, Usaid melihat banyak orang yang sedang mendengarkan dengan serius kata-kata yang disampaikan Mush’ab.
Mereka terkejut dengan kedatangan Usaid yang penuh kemarahan. Mush’ab berkata kepadanya, “Bagaimana kalau engkau duduk dan mendengarkan.
Jika engkau puas dengan apa yang kami sampaikan, engkau bisa menerimanya. Jika kau tidak suka, kami akan hentikan apa yang tidak engkau sukai itu?’
Usaid adalah seorang laki-laki sejati. Otaknya cerdas dan hatinya bersih, hingga penduduk Madinah menjulukinya “Manusia Sempurna”. Julukan yang sebelumnya juga disandang oleh sang ayah.
la berpikir, apa yang ditawarkan Mush’ab cukup rasional. Maka, ia tancapkan tombaknya ke tanah dan berkata, “Cukup adil. Silakan bicara.’
Lalu Mush’ab membaca beberapa ayat Al-Quran dan menjelaskan tentang agama baru yang dianutnya. Agama yang diturunkan oleh Zat yang Maha Benar dan Muhammad diperintahkan untuk menyampaikannya kepada seluruh manusia.
Orang-orang yang hadir di tempat itu berkisah, “Demi Allah, saat itu kami melihat Islam di wajah Usaid, sebelum ia sendiri menyatakan keislamannya. Wajahnya tampak bercahaya dan bahagia.
Belum lagi Mush’ab menyelesaikan penjelasannya, Usaid sudah berseru mantap, “Alangkah baik dan indahnya kata-kata ini. Apa yang kalian lakukan jika kalian hendak masuk agama ini?”
Mush’ab berkaca, “Kau bersihkan badan dan pakaian. Ucapkan syahadat, kemudian shalat.”
Usaid adalah sosok pribadi yang lurus, kuat dan tegas. Jika ia sudah mengetahui jalan yang harus ditempuhnya, ia tidak akan menunda sedetik pun untuk melalui jalan itu.
Usaid langsung berdiri menyambut agama baru yang telah membuka mata hatinya dan menyinari jiwanya, la mandi dan membersihkan pakaiannya. Ia lalu menghadap kepada Allah, Tuhan alam semesta. Setelah itu, menyatakan keislamannya, mengucapkan selamat tinggal kepada masa- masa kemusyrikan dan jahiliah. [Cms]
Sumber : Biografi 60 Sahabat Nabi, Penerbit Al Itishom