ChanelMuslim.com- Selain orang pertama dan kedua, kemungkinan ada yang ketiga. Semoga hanya kemungkinan. Bukan kenyataan.
Sebuah obrolan “seram” di kalangan sopir pribadi di sebuah perkantoran. Salah satu kalimat horor yang sempat tertangkap adalah, “Yah, lelaki mana sih sekarang yang perempuannya cuma satu?”
Yang mereka maksud dengan perempuan itu tentu bukan istri sah yang kedua. Tapi, perempuan simpanan atau selingkuhan dan sejenisnya.
Jadi, terlihat secara status istrinya hanya satu. Tapi kenyataannya, yang tidak “resmi” bisa banyak. Bisa teman kantor. Bisa wanita simpanan lain. Dan seterusnya.
Itulah keumuman realita masyarakat perkotaan saat ini. Menyeramkan, memang. Semoga Allah melindungi kita dan keluarga dari virus berbahaya itu.
Pertanyaannya, kenapa ada kemungkinan orang ketiga? Apakah itu pria idaman lain, atau wanita idaman lain.
Beberapa keadaan berikut ini boleh jadi menyimpan potensi penyimpangan itu. Potensinya ada yang skala kecil, ada yang besar.
Longgarnya Interaksi Lawan Jenis
Di zaman serba multi media ini, interaksi antar manusia begitu mudah. Tak perlu ketemu, komunikasi dan interaksi bisa dilakukan. Bahkan, dalam soal yang sangat pribadi seperti hasrat lawan jenis dan sejenisnya.
Dari segi mudharatnya, berdua-duaan lawan jenis secara online sama dengan secara offline. Bahkan kadang, bisa lebih buruk lagi. Meskipun tidak terjadi sentuhan secara fisik.
Inilah mungkin di antara fitnah akhir zaman yang perlu kewaspadaan. Ada hikmah kenapa Allah subhanahu wata’ala melarang pria dan wanita yang bukan mahram saling pandang. Baik secara offline maupun online.
Dalam bentuk yang lain, interaksi pria dan wanita dianggap lumrah saat ini. Interaksi di tempat kerja, di lingkungan tempat tinggal, di jalan, di rumah makan, dan seterusnya.
Tak pernah ada orang yang akan bertanya kepada dua orang lawan jenis yang berada di tempat umum, “Maaf, apa kalian suami istri?” Lingkungan sosial saat ini seperti “memaklumi” interaksi pria dan wanita seperti itu.
Interaksi yang berbahaya pria dan wanita bukan pada momen sesaat. Seperti melihat pria ganteng di jalan. Atau, melihat wanita cantik di pasar.
Yang berbahaya adalah terjadinya interaksi rutin antara pria dan wanita tanpa hijab atau sekat yang pantas. Misalnya, dalam satu ruangan setiap hari. Dalam satu kendaraan setiap hari. Dan seterusnya.
Kalau dikalkulasi secara detil, interaksi ini bahkan lebih banyak intensitasnya daripada interaksi antara suami dengan istri. Suami istri memang sering bertemu, tapi itu dipotong acara tidur yang bisa memakan waktu lebih dari separuh pertemuan.
Sementara, interaksi “melek” atau terjaganya hanya beberapa jam atau menit saja. Itu pun disambi dengan kesibukan rutin masing-masing.
Bandingkan dengan interaksi di ruang kerja misalnya. Interaksinya dilakukan seratus persen dalam keadaan terjaga dan fit. Hanya iman dan kesadaran saja yang menjadikan masing-masing pria dan wanita ini tidak terjebak dalam hubungan yang dilarang agama.
Menjaga langgengnya bahtera rumah tangga memang tidak mudah. Butuh kesabaran dan kecintaan yang terus-menerus dengan keluarga. Jadikan suami istri sebagai pihak satu dan dua saja. Jangan sampai ada yang ketiga. Apalagi sampai lebih. [Mh/bersambung]