ChanelMuslim.com – Yang bernilai tak selalu mahal. Dan yang mahal tak selalu bernilai. Begitu pun dengan ungkapan cinta.
Cinta perlu ungkapan. Meskipun jalinan itu sudah berlangsung lama. Ungkapan memberikan kepastian, sekaligus kekuatan bahwa cinta yang sekian lama terjalin itu masih tetap membara. Meskipun daya tarik fisik tidak lagi seperti dulu.
Sebagian orang mungkin beranggapan bahwa ungkapan itu tidak perlu verbal. Tak perlu diucapkan. Malu. Sudah bertahun-tahun suami istri masih saja menyoal ungkapan cinta. Sudah punya banyak anak. Dan mereka pun sudah mulai besar.
Itu artinya, dalam penafsiran itu, sebuah tanda yang tak perlu diragukan bahwa cinta masih tetap terjalin kuat. Soal mesra atau tidak, itu relatif. Yang penting tetap setia dan on the track.
Penafsiran itu bisa menjadi subjektif untuk sebagian pasangan. Tapi, tidak begitu buat pasangan yang lain. Karena cinta bagian dari arus bolak balik hati. Adakalanya naik, dan bisa jadi turun drastis.
Buat pasangan yang lain, baik suami maupun istri, ungkapan cinta harus diungkapkan. Baik ungkapan verbal maupun tindakan. Kalau tidak, interaksi keduanya tak ubahnya seperti mesin yang serba otomatis. On dan off muncul menurut aturan dan setingan.
Mungkin sebagian besar kita tak percaya kalau ada istri atau suami yang merasa ia tidak dicintai pasangannya. Padahal, jalinan pernikahan mereka sudah berlangsung hitungan tahun.
Jadi, selama belum ada ungkapan yang jelas, cinta seolah masih di atas awan. Meskipun keduanya sudah sebagai suami istri. Bahkan sudah memiliki anak.
Ungkapan Cinta Tak Perlu Mahal
Ada banyak cara mengungkapkan cinta. Ada ungkapan yang sederhana. Ada ungkapan yang istimewa. Tapi, tidak semua pasangan sepakat dengan definisi sederhana dan istimewa.
Kalau harus memilih antara dua pilihan itu, tentu yang dipilih yang istimewa. Kok, buat orang yang sangat berjasa dalam hidup hanya dengan cara sederhana. Yang istimewa, dong!
Namun, kadang orang lupa bahwa ungkapan cinta sederhana atau istimewa bukan pada aksesoris yang melingkupinya. Melainkan, pada ketulusan, dan kealamiahan momen yang berlangsung.
Contoh, mencium istri atau suami ketika akan keluar rumah mungkin bisa ditafsirkan sebagai ungkapan sederhana. Tak perlu biaya. Tak perlu menanti momen yang jelimet dan menguras waktu dan tenaga. Tapi jika itu dilakukan tulus, meskipun modalnya sederhana, nilainya akan menjadi istimewa.
Dalam sebuah riwayat, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kerap mencium istrinya ketika akan berangkat ke masjid. Padahal, jarak rumah dengan masjid tidak jauh. Hanya bersebelahan.
Sebagian ulama mengambil sudut pandang lain dari peristiwa ini. Yaitu, soal fikih. Karena Nabi mencium istrinya dalam keadaan berwudhu, dan tidak berwudhu lagi ketika tiba di masjid.
Namun dari sudut pandang romantisme suami istri, apa yang dilakukan Nabi itu merupakan ungkapan cinta yang begitu luar biasa untuk istrinya. Seolah momen itu mengatakan, sebelum Nabi berjumpa dengan pihak lain yang ia cintai, ia ungkapkan dulu cintanya kepada istrinya.
Masih banyak momen lain yang sederhana tapi memiliki nilai istimewa. Misalnya, mencium istri selepas shalat malam berjamaah ketika dilakukan berdua saja. Atau, mengirim pesan elektronik saat keduanya terpisah jarak. Pesannya juga sangat sederhana, “Aku cinta kamu, sayang!” Dan seterusnya.
Namun, variasi ungkapan itu lahir dari ketulusan. Bukan basa-basi. Apalagi tipuan. Ungkapan tulus yang didasari atas rasa syukur kepada Allah yang telah menganugerahkan nikmat jodoh yang begitu mahal. Dan nikmat itu, suatu saat, akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah.
Jadi, di situlah istimewanya. Sebuah ungkapan cinta yang didasari atas rasa syukur kepada Allah. Bukan sekadar terima kasih kepada suami atau istri. Atau, ungkapan kesetiaan semata. [Mh]