Pemerintahan berhaluan sekuler Tajikistan yang dipimpin Presiden Emomali Rakhmon makin waspada pada kebangkitan Islam di negara pecahan eks Uni Soviet ini. Saking phobianya, dia mengeluarkan kebijakan “babat jenggot panjang” bagi warganya.
Langkah itu merupakan upaya preventif untuk menjegal bangkitnya kelompok oposisi pro Islamis, serta kekhawatiran akan pengaruh Negara Islam Suriah dan Irak (ISIS). Terlebih cukup dikabarkan ratusan warganya diduga ikut bergabung ISIS di Suriah.
Dengan alasan membendung gerakan radikal dan perang melawan terorisme, pemerintah Rakhmon menggelar operasi babat jenggot, khususnya ditujukan pada warga yang tinggal di Kathlon, wilayah di barat daya yang berbatasan langsung dengan Afghanistan.
Seperti dilaporkan Washington Post (21/1/2016) dan Radio Free Europe berbahasa Tajik, operasi tersebut berhasil menjaring sebanyak 18.818 pria berjenggot lebat di wilayah Kathlon dan mencukurnya hingga tak bersisa. Sepanjang tahun lalu pemerintah melakukan bersih-bersih terhadap aparat keamanan yang ketahuan berjenggot.
Rezim Rakhmon memang kian gencar dan keras menindak kelompok oposisi dari kubu Islamis. Perang saudara yang pernah berkecamuk di negeri berpenduduk 7 juta jiwa, antara tahun 1992-1997, menurut laporan pemantau perang internasional, telah merenggut sedikitnya 50 ribu jiwa.
Kelompok oposisi Islam yang memunculkan secara legal partai Islam telah berhasil diberangus pemerintahan Rakhmon melalui tangan Mahkamah Agung tahun lalu. (mr/foto:zimbio)