ChanelMuslim.com – Internalized Islamofobia generasi muda Islam sering teejadi. Mereka mulai mempertanyakan kebenaran Islam sampai bahkan memusuhi Islam.
Dalam siaran podcast Joulid milik mahasiswa ITB sekaligus Youtuber Zahid Azmi Ibrahim ada perbincangan menarik tentang pendapat generasi muda terhadap internalized Islamofobia.
Baca Juga: Mezut Ozil: Mari Kita Lucuti Islamofobia dengan Kebaikan
Internalized Islamofobia menurut Generasi Muda
Bersama Zhafira Aqyla, mahasiswi Osaka Jepang, Zahid berbincang tentang tema ini. Zhafira yang juga seorang youtuber muslimah mengungkapkan pendapatnya tentang mengapa seorang Muslim fobia pada komunitasnya sendiri.
“Ketika agama tidak diajarkan tapi hanya diwariskan, maka aakan banyak gap antara apa yang kita tahu tentang agama kita dengan realitas hidup di abad 21 yang tantangannya banyak banget.”
Menurut Zhafira, internalized Islamofobia banyak dialami oleh Muslim yang tinggal di US dan Uk yang budayanya banyak bertentangan dengan Islam.
“Kalau kita tidak bisa membangun jembatan, informasi atau memberikan pemahaman secara komprehensif tentang Islam. Kalau di Islam aturannya begini karena ada alasan begini.
Internalized Islamofobia juga bisa terjadi karena memberikan informasi tentang Islam dengan cara mendikte dan tidak friendly. “Misalnya kalau kamu nggak ngerjain ini maka kamu akan masuk jahanam”
Baca Juga: Wanita Muslim Menjadi Sasaran Ancaman Islamofobia di Kanada
Media Arus Utama Membangun Stereotip Muslim yang Buruk
Menurut laporan dirilis oleh Institute for Social Policy and Understanding pada 2018 lalu, Muslim lebih rentan untuk setuju dengan sentimen yang mengatakan komunitas mereka “lebih rentan terhadap perilaku negatif daripada orang lain”
Hal itu menggarisbawahi kekuatan media dan retorika politik yanb menggambarkan narasi Muslim dengan cara yang menyudutkan bisa menyebabkan internalizes Islamofobia.
Laporan tersebut menguatkan temuan ISPU dan mendokumentasikan efek retorika Islamofobia terhadap identitas agama dan persepsi pemuda Muslim.
Studi tersebut menemukan bahwa 1 dari 3 anak yang disurvei ingin memberi tahu orang lain bahwa mereka adalah Muslim dan 1 dari 2 tidak tahu apakah mereka bisa jadi Muslim dan sekaligus menjadi Amerika.
Internalisasi Muslim terhadap stereotip negatif tentang komunitas mereka dapat dilacak ke liputan negatif yang tidak proporsional tentang Muslim di media arus utama, menurut ISPU, sebuah organisasi nirlaba dengan kantor di Dearborn, Michigan, dan Washington, D.C.
Sebuah studi terpisah yang dilakukan oleh ISPU bulan lalu menemukan bahwa Muslim yang dituduh merencanakan kekerasan mendapat perhatian media tujuh kali lebih banyak dan hukuman empat kali lipat dari pelaku non-Muslim.
“Kombinasi dari liputan media yang tidak proporsional dan Muslim lebih fokus pada liputan media semacam itu yang menjelaskan fakta bahwa Muslim sendiri telah menginternalisasi stereotip yang sangat rentan terhadap kekerasan,” kata Dalia Mogahed, direktur penelitian ISPU.
Internalized Islamofobia masih menjadi PR generasi muda Islam, bagaimana mereka paham Islam dan bagaimana menjadi muslim dengan cara yang benar. Hal ini menjadi tantangan bagi orangtua untuk memberikan informasi yang baik dan benar tentang Islam di tengah arus informasi yang salah tentang Islam. [My]