ChanelMuslim.com- Pasangan suami istri adalah dua manusia biasa. Ada kelebihannya, tapi nggak sedikit kekurangannya. Kelebihan akan menambah wibawa mereka di mata anak-anak. Tapi kekurangan pun bisa menurunkannya.
Jangan Ada “Perang” Terbuka
Keteladanan ayah ibu akan menjaga wibawa. Begitu pun sebaliknya. Jangan pernah jadikan pertengkaran sebagai “perang” terbuka. Karena orang yang hanyut dalam emosi biasanya tak bisa kontrol diri.
“Perang” terbuka hanya akan membuka sisi buruk masing-masing pihak. Mulai dari aib masing-masing yang ikutan terbuka. Hingga, keruntuhan nilai-nilai cinta keluarga yang selama ini disakralkan anak-anak dari sosok ayah ibu mereka.
Cobalah bermain sandiwara. Silakan adu debat di ruang tertutup dan kedap suara. Dan berpura-puralah tidak sedang apa-apa ketika anak-anak mulai membaca suasana.
Walaupun anak-anak menangkap bahwa ada yang disembunyikan. Permainan sandiwara boleh jadi akan menjaga hormat anak-anak kepada ayah ibunya. Karena upaya menutupi aib dengan cara sandiwara itu selaras dengan apa yang dipahami anak-anak tentang menjaga kehormatan keluarga.
Suatu saat, ketika anak-anak mengalami hal yang sama seperti ayah ibunya, mereka pun akan meneladani kebaikan itu. Bahwa apa pun masalahnya, silakan diselesaikan sendiri oleh suami istri, tanpa menampakkan “polusi” dalam suasana keluarga.
Hormati Siapa Leadernya
Ayah adalah pemimpin keluarga. Sebagai pemimpin, pendapat dan keputusannya harus dihormati. Tidak dicandai apalagi dilecehkan, seburuk apa pun hasilnya.
Menghormati kepemimpinan ayah ini akan memahamkan anak-anak tentang struktur komando dan keputusan akhir. Anak-anak pun tidak dibuat bingung tentang arah keluarga mereka. Apa yang disampaikan ayah, itulah kebijakan tertinggi di keluarga itu.
Kalau memang dirasa ada yang kurang pas, silakan buat diskusi terbuka. Biasakan untuk berargumentasi. Tidak ngotot-ngototan, dan tidak ambek-ambekan.
Di sinilah peran utama istri. Meski mungkin pendapatnya jauh lebih cerdas, ia tidak menjatuhkan suaminya di depan “umum”. Ia giring anak-anak untuk menyampaikan pendapat. Dan secara halus, ia sisipkan pendapat cerdasnya di celah pendapat anak-anak.
Suami istri itu satu kesatuan. Harus kompak dan seirama. Karena yang namanya wibawa itu tidak akan tumbuh dari paksaan. Melainkan karena keteladanan. (Mh)