KEBUTUHAN zat besi untuk anak disesuaikan dengan usia dan biasanya semakin bertambah seiring pertambahan usia. Ketahui kecukupan zat besi pada anak agar tumbuh kembangnya optimal.
Dokter Spesialis Gizi Klinis Luciana B. Sutanto mengatakan bahwa bayi hingga usia 6 bulan membutuhkan sekitar 0,27 miligram, usia 7-12 bulan kebutuhannya menjadi 11 miligram.
Lalu, anak berusia 1-3 tahun membutuhkan 7 miligram zat besi, usia 4-8 tahun kebutuhannya menjadi 10 miligram, dan saat usianya mencapai 9-13 tahun asupannya menjadi 8 miligram per hari.
“Anak yang kekurangan zat besi, jelas Luci, sering merasa lelah, lemah, terlihat pucat, gelisah, mudah memar, tangan atau kaki menjadi dingin dan memiliki kuku rapuh dalam beberapa kasus.
Kondisi lain yang bisa terjadi saat seseorang kekurangan zat besi, anemia defisiensi besi. Kondisi ini bisa dialami bayi, wanita hamil, dan remaja.
Anak yang kekurangan zat besi tidak bertambah gemuk, sering sakit, pucat, dan terlihat lelah.
Baca juga: Manfaat Bermain Pasir untuk Tumbuh Kembang dan Kekebalan Tubuh Anak
Pentingnya Memenuhi Kebutuhan Zat Besi untuk Anak
Ketika tubuh tidak memiliki zat besi yang cukup, pembentukan sel darah merah baru akan terhambat.
Anak-anak juga dapat mengalami anemia atau kekurangan zat besi. Orangtua sebaiknya memberikan makanan yang mengandung zat besi untuk anak.
Kekurangan zat besi pada anak berpotensi menghambat pertumbuhan kognitif, motorik, sensorik, dan sosial anak. Jika tidak ditangani secara tepat, dampaknya bisa jadi permanen.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan satu dari tiga anak Indonesia berusia di bawah lima tahun tercatat mengalami anemia, salah satunya karena kekurangan gizi.
President of Indonesian Nutrition Association (INA) itu mengatakan bahwa hal ini dapat dicegah dengan memberikan makanan yang kaya zat besi seperti daging merah, hati, ikan, ayam, bayam, dan susu.
Selain itu, memberikan makanan yang mengandung vitamin C juga penting untuk mendukung penyerapan zat besi.
Luci menjelaskan isi makanan yang ideal dalam piring makan anak, yaitu 35 persen lauk pauk seperti daging sapi, ayam telur, ikan, tempe dan tahu, kemudian 35 persen makanan pokok seperti nasi, kentang, singkong, atau jagung dan sisanya sayur dan buah-buahan.
Lebih lanjut, defisiensi zat besi pada balita dapat menyebabkan anemia.
Akibat jangka pendeknya meliputi perkembangan otak yang terhambat, risiko diare meningkat, perkembangan motorik dan koordinasi terganggu juga gangguan pola tidur.
Jika hal ini berlangsung lama, imunitas anak bisa menurun, begitu juga kemampuan kognitif dan performa edukasi dan kapasitas kerja. Aktivitas anak pun jadi terbatas.[ind]
sumber: antaranews