ChanelMuslim.com – Janji suci pernikahan. Membangun sebuah pernikahan bukan sekadar bermain peran antara dua individu, namun sebuah pernikahan memiliki arti lebih luas dari pada itu.
Banyak orang memiliki pemahaman yang berbeda dalam mendefinisikan pernikahan. Ada yang memahami bahwa pernikahan itu harus didasari atas jalinan cinta sehingga apabila cinta itu tidak ada, pernikahan akan sirna.
Lalu, apakah cinta itu penting sebelum menikah? Apakah tujuan menikah itu? Nadiah Fatimah Ummu Aisha salah satu penulis konten dakwah di Instagram @nadiahf.ummuaisha menceritakan bagaimana ia menetapkan tujuan menikah hanya untuk menggapai ridha Allah Subhanahu wa taala.
“Tujuan menikah itu apa sih? Pernikahan itu adalah janji suci di hadapan Allah, tujuan kita untuk berkhidmat kepada Allah, berkhidmat kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam,” kata Nadiah Fatimah Ummu Aisha saat menjadi pembicara Wakaf Salman IPB pada Kamis (28/01/2021).
Tujuan pernikahan itu, kata Nadiah, adalah termasuk mengikuti perintah Allah Subhanahu wa taala.
Seperti firman Allah Swt dalam Surat An-Nahl ayat 72.
Di dalam ayat tersebut, Allah menyebutkan bahwa Allah ingin menjadikan istri-istri kamu, bagian dari anak, cucu dan memberikan rezeki yang baik.
Artinya, menurut Nadiah, bahwa Allah itu menginginkan kebaikan untuk hamba-Nya, membuat manusia berpasang-pasangan, menyuruh untuk menikah, salah satunya yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Dan kata Rasul, barangsiapa yang tidak mengikuti sunnahku, maka bukan bagian dari umatku. Selain itu, menikah juga adalah sebagai penyempurna agama.
“Allah sengaja membuat sifat yang bertolak belakang antara suami istri dalam rumah tangga, pemahaman yang berbeda, untuk akhirnya menjadi sifat yang menyempurnakan satu sama lain,” kata Nadiah, ibu dari satu anak itu.
Dalam pernikahan, Allah sudah memberikan satu konsep pernikahan, yaitu semua karena Allah, siap menikah juga membuat kita untuk siap mengikuti perintah Allah.
“Sudah memberikan perintah dan sudah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan itu pastinya akan diuji dan itu pasti yang terbaik,” tambahnya.
Menumbuhkan keharmonisan dalam pernikahan, kata Nadiah, kuncinya adalah tidak pernah berhenti belajar.
Menyatukan dua kepada yang berbeda, dan tetap dalam pemahaman yang diajarkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidaklah mudah bagi Nadiah.
Kata Nadiah, istri saliha adalah apabila suami memandang wajahnya menjadi tenang hatinya.
Apabila seorang istri shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadan, menjaga kemaluannya dan taat kepada suami, niscaya akan dimasukkan ke dalam surga lewat pintu mana saja yang diinginkan.
“Tapi itu tidak mudah ya, namanya manusia, kita punya ego, punya keinginan, kemauan, kita banyak nuntutnya, padahal kunci surga istri itu mudah banget, letaknya ada di suami, dan memang ujiannya juga di situ,” ungkapnya.
Baca Juga: Mengatasi Trauma Masa Lalu dalam Pernikahan (Bag.2)
Janji Suci Pernikahan
Konsep pernikahan itu sebuah kunci surga, ketika seorang istri bisa menenangkan suami, dan ketika konsep yang dijalankan sudah benar maka di situlah Allah menurunkan sakinah, mawadah dan warohmah dalam sebuah pernikahan.
“Sakinahnya di mana? Kita yang mengusahakan kedamaian ketenangan dalam rumah tangga kita,” katanya.
Dalam menjalani pernikahannya selama tiga belas tahun bersama sang suami, Nadiah mengakui banyak ujian yang dilalui dalam rumah tangga, takdir yang pada akhirnya membuat ia terus belajar.
“Pertama kali yang harus kita lakukan ketika diuji, ketika merasa tersakiti oleh suami, merasa hubungan suami jauh, yang pertama dilakukan adalah introspeksi diri,” ujarnya.
Artinya, lanjut Nadiah, mengembalikan semua kepada diri kita dan kembalikan kepada Allah.
Mungkin janji suci di awal pernikahan ada yang belum terpenuhi hak dan kewajibannya, Allah akan terus menguji sesuai kesanggupan hamba-Nya sehingga terus belajar dan naik level keimanan.
“Dengan semua ujian yang Allah berikan, seorang istri memang harus menanggalkan egonya, dan mau ikut kata suami, dan itu yang sulit,” katanya.
Mengembalikan semua kepada Allah karena hasilnya akhirnya bukan di tangan manusia, tapi di tangan Allah.
“Jangan mengharap lebih kepada suami. Di saat ada pengharapan selain Allah, kita akan kecewa, jangan saling menuntut karena tidak ada yang sempurna,” tambahnya
Nadiah melanjutkan, cara yang harus diingat di saat kita dalam keadaan lelah, meminta kepada Allah, menjadikan setiap aktivitas di dalam rumah tangga menjadi aktivitas yang bernilai ibadah.
“Kita yang mengusahakan sakinah itu, setelah sakinah Allah turunkan mawadah warohmah. Ikatan pernikahan bisa kuat, bisa terus tegak sama –sama bisa sakinah, saling memberikan ketenangan itu apabila ada ikatan Allah dan Rasulullah di dalamnya,” ucap Nadiah.
Jadilah seorang istri yang ketika suami sedang galau, kecewa, sedih yang dicari untuk bercerita adalah ke pangkuan istri. Jadilah istri yang tidak mengharap banyak, tidak menuntut banyak.
“Harus berbaik sangka ketika berselisih, bisa jadi suami memiliki pandangan tertentu dan ketika dibenturkan dengan ujian maka kita harus ber-husnudzon,” tutupnya.[ind/Walidah]