ChanelMuslim.com – Ikhtiar pencarian jodoh melalui taaruf saat pranikah tak selalu berjalan mulus, orangtua juga termasuk dalam tantangan bagi kesiapan peserta yang menjalani proses taaruf. Taaruf tidak hanya perlu diketahui oleh pasangan yang ingin menikah, tetapi juga orang tua. Yayasan Komunitas Dukung Sahabat Menikah (YKDSM) menggelar kajian online yang mengupas peluang dan kendala taaruf.
Orang tua perlu mengetahui ilmu dan proses taaruf karena apa yang dipelajari anak-anak zaman sekarang berbeda dengan orang tua terdahulu.
“Sering kali terjadi penolakan-penolakan tentang taaruf di antaranya: pertama, keluarga belum siap dengan konsep taaruf ini, kedua tidak menyelenggarakan taaruf dengan mengedukasi di awal. Sering kali, orangtua khawatir ketika ada keinginan anak untuk menikah dengan orang yang baru saja dikenal, maka butuh penjelasan mengenai taaruf itu seperti apa,” kata Shahrial Junaedy sebagai founder (YKDSM) saat mengisi acara kajian online pada Ahad, (24/01/2021).
Menurut Shahrial atau yang akrab dipanggil Ical, sejatinya taaruf adalah sebuah jalan yang memang sudah dihadirkan oleh Allah dengan cara yang begitu mulia. Lalu bagaimana agar sistem ini bisa dipahami oleh banyak orang? Ical mengupas materi taaruf di antaranya ada pra taaruf, taaruf, dan pasca taaruf.
Berkaitan dengan sering terjadinya penolakan saat proses taaruf, Founder YKDSM itu mengatakan ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan mengenai alasan yang paling sering disampaikan saat penolakan taaruf.
“Pertama, penolakan tidak hanya dilakukan oleh orang tua, tetapi juga peserta yang ingin menikah dengan calon pasangannya. Misalnya, salah satu pasangannya tidak mau dengan cara taaruf, harus ada alat bantu bagaimana cara menyampaikan agar bisa diterima. Artinya, peserta perlu belajar dan disiapkan pemahamannya tentang proses ini, agar penolakan itu tidak lagi terjadi,” katanya.
“Kedua, tentang kebelumsiapan ini, ketika setelah menikah memilih dengan proses taaruf tapi belum siap, baik dari pasangan laki-laki maupun perempuan,” tambah Ical.
Dalam proses perjodohan yang disebut taaruf, seseorang yang memutuskan bertaaruf harus melakukan pertukaran biodata antara peserta laki-laki dan peserta perempuan yang sama-sama memiliki ketertarikan.
“Ketiga, pemahaman tentang CV taaruf bahwa pernikahan ini didasari oleh data dan informasi yang benar bisa dianalisa oleh kedua pihak keluarga. CV taaruf itu menyangkut biodata pribadi, ayah ibu, siapa ustaz terdekatnya, dalam proses taaruf itu saya arahkan selalu menggunakan CV taaruf tertulis karena akan banyak informasi bisa disimpan di situ sebagai alat bantu,” ungkapnya.
Ia juga mengingatkan kepada para peserta taaruf bahwa di saat memilih pasangan harus diingat sadar akan kebertanggungjawaban sebagai anak kepada orang tua yang membesarkan dan memberikan fasilitas terbaik.
“Jangan lupa, harus sadar seperti apa bentuk kebertanggungjawaban kita kepada orang tua, yaitu dengan hadirnya pasangan yang dikenalkan kepada orangtua dianalisa terlebih dahulu. Betul tidak identitasnya, jadi bukan sekadar cari pasangan tapi juga pasangan yang menenangkan orang tua,” jelasnya.
“Selanjutnya, yang pasti, ada dua peserta taaruf. Dalam prosesnya itu terjadi penolakan dari orangtua peserta taaruf karena sebelumnya belum mengenali proses taaruf itu seperti apa, dan tidak berhasil, belum mencapai apa yang diharapkan peserta,” katanya.
Sering kali pada kegiatan taaruf online dan fisik ini menjadi faktor pembatal, selain pertimbangan utama kecenderungan dalam faktor fisik ternyata cukup besar pengaruhnya bagi seorang ikhwan dalam mempertimbangkan lanjut tidaknya proses taaruf.
“Penolakan karena faktor fisik memang terkesan alasan duniawi , fisik sering kali menjadi ukuran dalam menilai seseorang, fisik memang sebuah kebutuhan dari visual seseorang terhadap pasangannya dan sebetulnya wajar. Seperti akhwat ini memiliki potensi yang baik, akan tetapi dari segi fisik harus ada yang diperbaharui, bagaimana merawat diri, berpakaian dan lain sebagainya,” ungkapnya.
Sementara itu, lanjut Ical, banyak Ikhwan yang tidak siap dalam urusan harta. Karena ada anggapan yang berkembang di masyarakat bahwa menikah itu harus siap segala-galanya, sampai membuat Ikhwan ini mundur, akhirnya berpikiran akan ditolak padahal belum tentu.
Di akhir kajian, Ical membagikan tips cara agar meminimalkan peluang terjadinya penolakan taaruf, yaitu di antaranya sebagai berikut.
“Tentu teman-teman harus menguatkan sisi-sisi terhebat dari dirinya, masing-masing punya potensi diri, yang bisa menguatkan diri, bisa dengan cara mengisi konten dari hobi menjadi alat penguat untuk calon mertua calon pasangan,” katanya.
Lanjutnya, memanfaatkan sosial media untuk menjadi jembatan amal shaleh, menjadi alat ukur sejauh mana kita peduli menyampaikan ilmu-ilmu kita.
“Pertama, selalu niatkan karena Allah. Kedua, selalu ada orang yang menilai diri kita baik. Itulah cara Allah agar meninggikan derajat kita dan membuat kita bersyukur. Ketiga, bagaimana caranya agar apa yang kita lakukan itu menjadi inspirasi buat orang lain,” tutupnya.[ind/Walidah]
Komunitas Dukung Sahabat Menikah Kupas Peluang dan Kendala Taaruf
ChanelMuslim.com – Ikhtiar pencarian jodoh melalui taaruf saat pranikah tak selalu berjalan mulus, orangtua juga termasuk dalam tantangan bagi kesiapan peserta yang menjalani proses taaruf. Taaruf tidak hanya perlu diketahui oleh pasangan yang ingin menikah, tetapi juga orang tua. Yayasan Komunitas Dukung Sahabat Menikah (YKDSM) menggelar kajian online yang mengupas peluang dan kendala taaruf.
Orang tua perlu mengetahui ilmu dan proses taaruf karena apa yang dipelajari anak-anak zaman sekarang berbeda dengan orang tua terdahulu.
“Sering kali terjadi penolakan-penolakan tentang taaruf di antaranya: pertama, keluarga belum siap dengan konsep taaruf ini, kedua tidak menyelenggarakan taaruf dengan mengedukasi di awal. Sering kali, orangtua khawatir ketika ada keinginan anak untuk menikah dengan orang yang baru saja dikenal, maka butuh penjelasan mengenai taaruf itu seperti apa,” kata Shahrial Junaedy sebagai founder (YKDSM) saat mengisi acara kajian online pada Ahad, (24/01/2021).
Menurut Shahrial atau yang akrab dipanggil Ical, sejatinya taaruf adalah sebuah jalan yang memang sudah dihadirkan oleh Allah dengan cara yang begitu mulia. Lalu bagaimana agar sistem ini bisa dipahami oleh banyak orang? Ical mengupas materi taaruf di antaranya ada pra taaruf, taaruf, dan pasca taaruf.
Berkaitan dengan sering terjadinya penolakan saat proses taaruf, Founder YKDSM itu mengatakan ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan mengenai alasan yang paling sering disampaikan saat penolakan taaruf.
“Pertama, penolakan tidak hanya dilakukan oleh orang tua, tetapi juga peserta yang ingin menikah dengan calon pasangannya. Misalnya, salah satu pasangannya tidak mau dengan cara taaruf, harus ada alat bantu bagaimana cara menyampaikan agar bisa diterima. Artinya, peserta perlu belajar dan disiapkan pemahamannya tentang proses ini, agar penolakan itu tidak lagi terjadi,” katanya.
“Kedua, tentang kebelumsiapan ini, ketika setelah menikah memilih dengan proses taaruf tapi belum siap, baik dari pasangan laki-laki maupun perempuan,” tambah Ical.
Dalam proses perjodohan yang disebut taaruf, seseorang yang memutuskan bertaaruf harus melakukan pertukaran biodata antara peserta laki-laki dan peserta perempuan yang sama-sama memiliki ketertarikan.
“Ketiga, pemahaman tentang CV taaruf bahwa pernikahan ini didasari oleh data dan informasi yang benar bisa dianalisa oleh kedua pihak keluarga. CV taaruf itu menyangkut biodata pribadi, ayah ibu, siapa ustaz terdekatnya, dalam proses taaruf itu saya arahkan selalu menggunakan CV taaruf tertulis karena akan banyak informasi bisa disimpan di situ sebagai alat bantu,” ungkapnya.
Ia juga mengingatkan kepada para peserta taaruf bahwa di saat memilih pasangan harus diingat sadar akan kebertanggungjawaban sebagai anak kepada orang tua yang membesarkan dan memberikan fasilitas terbaik.
“Jangan lupa, harus sadar seperti apa bentuk kebertanggungjawaban kita kepada orang tua, yaitu dengan hadirnya pasangan yang dikenalkan kepada orangtua dianalisa terlebih dahulu. Betul tidak identitasnya, jadi bukan sekadar cari pasangan tapi juga pasangan yang menenangkan orang tua,” jelasnya.
“Selanjutnya, yang pasti, ada dua peserta taaruf. Dalam prosesnya itu terjadi penolakan dari orangtua peserta taaruf karena sebelumnya belum mengenali proses taaruf itu seperti apa, dan tidak berhasil, belum mencapai apa yang diharapkan peserta,” katanya.
Sering kali pada kegiatan taaruf online dan fisik ini menjadi faktor pembatal, selain pertimbangan utama kecenderungan dalam faktor fisik ternyata cukup besar pengaruhnya bagi seorang ikhwan dalam mempertimbangkan lanjut tidaknya proses taaruf.
“Penolakan karena faktor fisik memang terkesan alasan duniawi , fisik sering kali menjadi ukuran dalam menilai seseorang, fisik memang sebuah kebutuhan dari visual seseorang terhadap pasangannya dan sebetulnya wajar. Seperti akhwat ini memiliki potensi yang baik, akan tetapi dari segi fisik harus ada yang diperbaharui, bagaimana merawat diri, berpakaian dan lain sebagainya,” ungkapnya.
Sementara itu, lanjut Ical, banyak Ikhwan yang tidak siap dalam urusan harta. Karena ada anggapan yang berkembang di masyarakat bahwa menikah itu harus siap segala-galanya, sampai membuat Ikhwan ini mundur, akhirnya berpikiran akan ditolak padahal belum tentu.
Di akhir kajian, Ical membagikan tips cara agar meminimalkan peluang terjadinya penolakan taaruf, yaitu di antaranya sebagai berikut.
“Tentu teman-teman harus menguatkan sisi-sisi terhebat dari dirinya, masing-masing punya potensi diri, yang bisa menguatkan diri, bisa dengan cara mengisi konten dari hobi menjadi alat penguat untuk calon mertua calon pasangan,” katanya.
Lanjutnya, memanfaatkan sosial media untuk menjadi jembatan amal shaleh, menjadi alat ukur sejauh mana kita peduli menyampaikan ilmu-ilmu kita.
“Pertama, selalu niatkan karena Allah. Kedua, selalu ada orang yang menilai diri kita baik. Itulah cara Allah agar meninggikan derajat kita dan membuat kita bersyukur. Ketiga, bagaimana caranya agar apa yang kita lakukan itu menjadi inspirasi buat orang lain,” tutupnya.[ind/Walidah]